KD 13.1
Mengidentifikasi Karakter Tokoh Novel
Remaja (Asli atau Terjemahan)
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembelajaran
sebelumnya,
novel
sebagai salah satu karya sastra
memiliki unsur-unsur yang membangun, baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Tentu kalian masih mengingatnya, bukan? Coba kalian
buka kembali mengenai unsur intrinsik sebuah karya sastra. Dari unsur intrinsik
tersebut, kita dapat membedah sebuah karya sastra,
sehingga kita tahu
secara lebih mendalam mengenai karya tersebut.
Berkenaan dengan karakter tokoh yang terdapat pada novel, kalian dapat
mengidentifikasikannya jika kalian membaca novel secara utuh dan lengkap. Selain itu,
kalian juga dapat memahami
unsur-unsur intrinsik yang ada.
Dalam memahami
karakter tokoh dari sebuah novel yang diperdengarkan atau kalian simak, kalian tentu harus dapat menyimak
dengan baik. Dalam hal ini, kalian harus benar-benar dapat menangkap isi cerita secara kronologis, detail, dan lengkap, terutama pada bagian-bagian yang berkaitan dengan penokohan.
Pada dasarnya, dalam sebuah novel
terdapat beberapa
karakter tokoh, yaitu:
1. karakter
yang berkaitan dengan posisi; tokoh utama, pembantu, tokoh
biasa;
2. karakter
yang berkaitan dengan
sifat; lembut, kasar, pemarah, sabar,
gegabah, dan lain-lain;
3. karakter
yang berkaitan dengan
peran: antagonis, protagonis,
dan netral.
Simaklah kutipan
novel berikut dengan saksama untuk melatih
kemampuan kalian
mengidentifikasikan karakter tokoh dalam novel!
Stasiun Kereta
Mereka turun
dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng
Tottochan melewati pintu pemeriksaan karcis.
Totto-chan yang jarang sekali naik kereta, enggan
mengulurkan karcisnya yang berharga. Ia
memegangi karcisnya erat-erat.
“Bolehkah
aku
menyimpannya?”
Tottochan
bertanya kepada petugas pengumpul karcis. “Tidak boleh,”
jawab petugas itu sambil mengambil
karcis dari tangannya. Totto-chan menunjuk
kotak
yang
penuh
dengan
karcis.
“Itu
semua punyamu?” “Bukan,
itu milik stasiun kereta,” jawab petugas
itu sambil mengambil karcis dari orang-orang yang keluar stasiun.
“Oh.” Totto-chan memandang kotak itu dengan penuh minat,
lalu melanjutkan, “Kalau
sudah besar, aku mau jadi penjual
karcis kereta!” Petugas pengumpul karcis itu memandangnya untuk pertama kali. “Anak laki-lakiku juga ingin bekerja di stasiun kereta.
Mungkin nanti kalian
bisa bekerja sama-sama.”
Totto-chan bergeser,
menjauh selangkah agar bisa memandang si petugas
pengumpul karcis. Laki-laki itu bertubuh gemuk, berkacamata, dan kelihatannya berhati
baik.
“Hmm.”
Totto - chan berkacak
pinggang
dan mempertimbangkan gagasan itu dengan
sungguh-sungguh. “Aku tak keberatan
bekerja
dengan anakmu,”
katanya.
“Aku akan
memikirkannya. Tapi sekarang aku
sedang sibuk karena aku mau pergi ke sekolahku yang baru.” Ia lari ke tempat Mama menunggu sambil berteriak, “Aku ingin jadi penjual karcis!”
Mama tidak kaget. Dia hanya berkata, “Kukira
kau ingin jadi mata-mata.” Berjalan sambil memegangi tangan Mama, Totto-chan ingat, sampai
kemarin dia masih yakin ingin menjadi mata-mata. Tapi asyik
juga
kalau
harus
mengurusi sekotak
penuh karcis kereta. “Aku tahu!” Gagasan hebat terlintas di kepalanya.
Dia menengadah memandang Mama, lalu berteriak keras-keras, “Bukankah aku bisa
jadi penjual
karcis yang sebenarnya mata-mata?” Mama tidak menjawab.
Wajah cantiknya yang ditudungi topi felt berhiaskan bunga-bungaan mungil tampak serius.
Sebenarnya Mama sangat
cemas. Bagaimana kalau sekolah baru itu tidak mau
menerima Totto-chan?
Dia memandang Totto-chan yang melompat-lompat sepanjang jalan sambil berbicara pada dirinya sendiri.
Totto-chan tidak tahu Mama merasa khawatir. Jadi ketika
mata
mereka
bersitatap,
dia
berkata
riang,
“Aku berubah pikiran. Aku akan bergabung dengan
kelompok pemusik jalanan yang selalu berkeliling
sambil mengiklankan toko-toko baru!”
Suara Mama terdengar putus asa ketika berkata,
“Ayo cepat! Kita bisa terlambat. Kita tidak boleh membuat Kepala Sekolah
menunggu. Jangan ceriwis.
Perhatikan jalanmu dan berjalanlah dengan benar.”
Di
depan
mereka,
di
kejauhan, gerbang
sebuah sekolah
kecil
mulai
kelihatan. (Totto-chan: Gadis
Cilik di Jendela,
Tetsuko Kuroyanagi)
Pada novel di atas judul asli novel tersebut adalah Totto-chan: The Little Girl at the Window, yang dialihbahasakan oleh Widya Kirana menjadi Totto-chan: Gadis Cilik di
Jendela.
Berdasarkan kutipan
novel
di
atas dapat diberikan
beberapa simpulan berkaitan dengan karakter tokoh yang ada. Secara
implisit
(tersirat atau tidak dikemukakan langsung pada bacaan), karakter tokoh dalam kutipan
novel tersebut sebagai
berikut.
1. Totto-chan: seorang bocah
yang
aktif,
cerdas,
ingin banyak tahu, memiliki keinginan-keinginan pada hal-hal
yang dianggap menarik, serta sayang terhadap barang atau benda yang dianggapnya berharga. Hal-hal
tersebut dapat dilihat dalam kutipan pada
paragraf pertama, paragraf
14, dan lainnya.
2. Mama: seorang
yang cantik, terlalu mudah khawatir, perhatian, dan sedikit mudah putus asa.
Hal tersebut dapat
dilihat dari beberapa paragraf
menjelang akhir kutipan.
3. Tukang karcis:
tegas dan perhatian, gemuk, berkacamata, serta baik hati. Hal tersebut
dapat dilihat pada awal cerita dan pada paragraf
8.