PENGERTIAN, FUNGSI, DAN RAGAM SASTRA
Pengertian sastra
Kesustraan
ke-susastra+an
su+sastra
su berarti indah atau baik
Sastra berarti lukisan atau karangan
Susastra berarti karangan yang baik atau indah. Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Fungsi sastra
Dalam kehidupan masyarakat, sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
1. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
3. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan penikmat/ pembacannya karena sifat keindahannya.
4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/ peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi religious, yaitu sastra pun menghadirkan karya-karya yang mengandung ajaran gama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.
Ragam sastra
1. Dilihat dari bentukya, sastra terdiri dari 4 (empat)bentuk berikut.
a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu, yaitu:
1) Jumlah baris tiap-tiap baitnya,
2) Jumlah suku kata atau kata dalam tiap kalimat atau barisnya,
3) Irama, dan
4) Persamaan bunyi kata.
c. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi, namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 (empat) macama, yaitu:
a. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikuti pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan secara sebjektif.
c. Didaktik, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/ pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dan lainnya.
d. Dramatic, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian (baik atau buruk) dengan pelukisan yang berlebihan.
3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 (tiga) bagian berikut.
a. Kesusastraan lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia.
Kesustraan lama Indonesia dibagi menjadi:
1) Kesusastraan zaman purba
2) Kesusastraan zaman hindu-budha
3) Kesusastraan zaman islam
4) Kesusastraan zaman arab-melayu.
b. Kesusastraan peralihan, kesusastraan yang hidup pada zaman abdulah bin abdulkadir munsyi
Karya-karya Abdullah bin abdulkadir munsyi ialah:
1) Hikayat Abdullah
2) Syair singapura dimakan api
3) Kisah pelayaran Abdullah ke negeri Jeddah
4) Syair abdul muluk, dan lainnya
c. Kesusastraan baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat baru Indonesia.
Kesustraan baru mencakup kesusastraan pada zaman :
1) Balai pustaka/ angkatan ‘20
2) Pujangga baru / angkatan ‘30
3) Jepang
4) Angktan ‘45
5) Angkatan ‘66
6) Mutakhir/kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang.
Unsure intrinsik dan ekstrinsik
Karya sastra disusun oleh dua unsure yang menyusunnya. Dua unsure yang dimaksud ialah unsure intrinsic dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik ialah unsure yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsure ekstrinsik ialah unsure yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya, menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1. Unsur intrinsik
a. Tema dan amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makan yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b. Tokoh dan penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejewaan dikenal tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonist dan antagonis. Protaginis ialah tokoh yang disukai pembaca ataua penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-caraya menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pangarang. Jadi, pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatic, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh lain dalam suatu cerita.
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh.
Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
Monolog ialah bentuk cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi.
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.
c. Alur dan pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian berikut.
1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2) Tikaian, yaitu terjadinya konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh tokohnya semakin seru.
4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya
5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap/
6) Akhir, yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adannya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Adri segi urutan waktu, pengaluran dibedakan ke dalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (blcktracking), sorot balik (flashback) atau campuran keduannya.
d. Latar dan pelataran
Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan social. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh bersebut berada. Latar social ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.
e. Pusat pengisahan
Pusat pengisahan ialah sudut pandang suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita disini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagi orang pertama., pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
2. Unsur ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom. Karya ini selalu berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsure ekstrinsik ialah unsure yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsure ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lainnya.
Aliran-aliran sastra
Dalam karya sastra dikenal beberapa aliran berikut.
1. Realisme, yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan keadaan/ peristiwa sesuai dengan kenyataan. Pengarang tidak menambah atau mengurangi suatu kajadian yang dilihatnya secara positif, yang diuraikan yang baik-baik saja.
Contoh:
Karya sastra angkatan ’45, baik prosa maupun puisi, banyak yang beraliran realisme.
2. Naturalism, yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan sesuatu secara apa adanya yang dijiwai adalah hal-hal yang kurang baik.
Contoh: atheis karya achdiat karta miharja
Pada sebuah kapal karya nh dini
Cerpen-cerpen motinggo busye
3. Neolaturalisme merupakan aliran baru dari aliran naturalism. Aliran ini tidak saja mengungkapkan sisi jelek, namun juga memandang sesuatu dari sudut yang baik pula.
Contoh: atheis karya achdiat karta miharja
Raumanen karya Marianne kattopo
Katak hendak jadi lembu karya nur sutan iskandar
Keluarga permana karya ramadhan kh
4. Ekspresionisme, yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada perasaan jiwa pengarangnya.
Contoh : puisi-puisi karya chairil anwar, sutardji cb, subagio sastrowardojo, toto sudarto bachtiar.
5. Impresionesme, aliran dalam sastra yang menekankan pada kesan sepintas tentan suatu peristiwa, kejadian atau benda yang ditemui atau dilihat pengarang. Dalam hal tersebut, pengarang mengambil hal-hal yang penting-penting saja.
6. Determinisme, yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian dar sisi jeleknya saja. Biasanya menyoroti pada ketidakadilan, penyelewengan, dan lain-lain yang dianggap kurang baik pengarang.
Contoh : sebagian besar puisi angkatan ’66.
7. Surealime, aliran dalam sastra yang melukiskan sesuatunya secara berlebihan sehingga sulit dipahami oleh penikmat atau pembaca.
Contoh : bib-bob (drama) karya rendra
Lebih hitam dari hitam (cerpen) karya iwan simatupang
Pot (puisi) karya sutardji calzoum bachri
Berhala (novel) karya toto sudarto bachtiar
8. Romantisme yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan sesuatunya secara sentimental penuh perasaan.
Contoh : di bawah lindungan ka’bah karya hamka
Dian yang tak kunjung padam karya sutan takdir ali syahbana
Layar terkembang karya sutan takdir alisyahbana
9. Idealism, yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan cita-cita, gagasan, atau pendirian pengarangnya.
Contoh: puisi-puisi karya chairil anwar.
10. Simbolisme, yaitu aliran dalam sastra yang menampilkan symbol-simbol (isyarat dalam karyanya. Hal ini dilakukan pengarang untuk mengelabuhi maksud yang sesungguhnya.
11. Psikologisme, yaitu aliran dalam sastra yang selalu menekankan pada aspek-aspek kejiwaan.
Contoh: ziarah (roman) karya iwan simatupang
Belenggu (roman) karya armyn pane
12. Didaktisme, yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Dalam sastra lama banyak karya yang bersifat mendidik.
Contoh: salah asuhan, roman karya abdul muis
Karena kerendahan budi, roman karya hsd muntu
Syair perahu, syair karya hamzah fansuri
13. Mistikisme, yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan pengalaman dalam mencari dan merasakan nafas ketuhanan dan keabadian.
Contoh: syair perahu karya hamzah fansuri
Nyanyi sunyi karya amir hamzah
Kekasih abadi karya bahrun rankuti
Rindu dendam karya j.e tatengkeng
PERIODISASI SASTRA INDONESIA
Periodisasi sastra Indonesia adalah pembabakan (pembagian ke dalam beberapa babak) sejarah sastra Indonesia. Periodisasi sastra Indonesia berdasarkan pada beberapa hal berikut.
1. Bahasa yang dipergunakan
2. Bentuk sastra yang muncul dalam kurun waktu tertentu.
3. Tema yang dipergunakan dalam karya sastra yang ada pada kurun waktu tertentu.
4. Pengarang yang menulis karya sastra, menyangkut bentuk, karakter, atau berdasarkan umumnya pengarang sendiri.
5. Keadaan masyarakat pada kurun waktu tertentu.
Para ahli mempunyai patokan periodisasi sastra yang berbeda-beda. Pendapat mereka berlainan satu dengan yang lain. Berikut ini beberapa pendapat para ahli sastra yang membagi periodisasi sastra Indonesia.
1. Usman effendi membagi periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut.
a. Kesusastraan lama…192.
b. Kesusastraan baru …1920-19+45
c. Kesusastraan modern…1945- sekarang
2. Zuber usman membagi periodesasi sastra Indonesia sebagai berikut.
a. Kesusastraan lama
b. Kesusastraan peralihan
c. Kesusastraan baru
1) Zaman balai pustaka (1908)
2) Zaman pujangga baru (1933)
3) Zaman jepang (1942)
4) Zaman angkatan ‘45
3. Hb. Jassin membagi periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut.
a. Sastra melayu
b. Sastra Indonesia modern
1) Angkatan ‘20
2) Angkatan ‘33
3) Angkatan ‘45
4) Angkatan ‘66
4. Nugroho notosusanto membagi periodisasi sastra Indonesia sebagai berikut.
a. Sastra melayu lama
b. Sastra Indonesia melayu
1) Periodisasi 1920
2) Periodisasi 1933
3) Periodisasi 1942
c. Masa perkembangan
1) Periodisasi 1945
2) Periodisasi 1950
Dalam sejarah sastra Indonesia dikenal pula istilah angkatan. Angkatan dalam kesusastraan Indonesia ialah suatu pengelompokan pengarang sastra Indonesia dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan angkatan ini berdasarkan pada ciri khas sastra yang ditulis para pengrang pada masa tertentu, yang berbeda dengan ciri khas karya sastra sebelumnya. Sejarah sastra Indonesia mengenal empat angkatan, yang masing-masing karyanya berbeda satu sama lain. Keempat angkatan itu sebagai berikut.
1. Angkatan dua puluan (’20) atau balai pustaka
2. Angkatan tiga puluhan (’30) atau pujangga baru
3. Angkatan empat puluh lima (’45)
4. Angkatan enam puluh enam (’66)
A. Sastra lama Indonesia
sastra lama Indonesia ialah sastra yang lahir dalama masyarakat lama yang sangat sederhana dan terikat oleh adat istiadat yang sangat luas.
1. Ciri-ciri sastra lama
a. Bersifat istana sentries, yaitu selalu berkisar di seputar lingkungan istana. Misalnya berkisar seorang raja yang adil, kepahlawanan seorang pangeran, kejelitaan seorang putri, dan lain-lain.
b. Tema dan isi ceritanya seputar tema-tema pertentangan antara sifat baik dan sifat buruk
c. Anonym, yaitu tidak mau menyebutkan nama asli pengarang.
d. Tergantung mengikuti kenyataan alam sekitar.
e. Sangat terikat oleh adah istiadat.
2. Bentuk jan jenis sastra lama
a. Puisi lama Indonesia
Puisi lama Indonesian ada beberapa macam, yaitu :
1) Pantun, yaitu puisi lama yang terdiri atas empat baris tiap bait. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi. Pola sajaknya ab ab.
isi pantu dibedakan dalam beberapa bagian, diantarannya:
a) Pantun anak-anak
(1) Teka-teki
(2) Jenaka
(3) Kedukaan
b) Pantun muda
(1) Jenaka
(2) Cinta kasih
(3) Dagang, ejekan
c) Pantun tua
(1) Nasihat
(2) Kiasan
(3) Adat, dagang
2) Syair, puisi lama yang terdiri atas empat baris tiap bait, semua baris merupakan isi (tidak ada sampiran), pola sajaknya a a a a.
3) Sekoka, pantun berbingkai terdapat pengulangan baris pada baris berikutnya.
Contoh:
Seganda gugur di halaman
Daun melayang masuk kulah
Dengan adinda minta berkenalan
Rindu bukan ulah-ulah
Daun melayang masuk kulah
Batang rangan di tepi paya
Rindunya bukan ulah-ulah
Jangan tuan tidak percaya
4) Gurindam, disebut sebagai sajak dua simetri, merupakan puisi lama yang terdiri atas:
a) Dua baris tiap bait
b) Pola sajaknya aa
c) Baris pertama menyatakan pikiran/peristiwa
d) Baris kedua menyatakan keterangan
e) Biasanya berisi nasihat.
Contoh
awal diingat akhir tidak
Alamat badan akan rusak
Barang siapa mengenal dua
Tahulah dia barang terpedaya
Mengumpat dan memuji hendaklah piker
Disutulah banyak orang tergelincir
Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tidak bertiang
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar ibu bapak letih
(gurindam dua belas karya raja ali haji)
5) Talibun, ialah pantun yang jumlah baris tiap baitnya genap dan lebih dari empat. Jadi, jumlah barisnya bisa enam, delapan, sepuluh dan seterusnya.
Contoh talibun enam baris:
Selasih di rimba jambi
Rotan ditarik orng pauh
Putus akarnya dijerami
Kasih pun baru dimulai
Tuan bawa berjalan jauh
Itu menghina hati kami
6) Mantra, yaitu susunan kata berunsur puisi (mengandung rima, irama) yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Biasanya mantr ini diucapkan oleh pawing atau dukun untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Contoh:
Hai tak mambang putih, tak mambang hitam, tang diam di bulan dan matahari,
Melimpakan sekalian alam asalnya pawang,
Menyampaikan sekalian hajatku,
Melakukan kehendakku,
Assalamu’alaikum!
………………….
7) Rubaiat, yaitu puisi lama berbentuk pantun berasal dari sastra arab, terdiri atas empat baris tiap satu bait, bersajak a b a b, isinya sering berbentuk epigram (sindiran).
Contoh:
Subhanallah apa hal segala manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duki yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia
8) Kit’ah, yaitu puisi lama berasal dari arab yang berisikan tentang nasihat bersifat mendidik.
Contoh:
Jikalau dalam tanah ihwal sekalian insane
Tiadalah kudapat bedakan pada antara rakyat dan sultan
Fana juga sekalian yang ada, dengarlah yang Allah berfirman
Kullumsu’alaihi famin, yaitu barang siapa yang diatas bumi itu lenyap jua.
9) Gazal, yaitu puisi yang berasal dari Persia, terdiri atas delapan baris, tiap baris berisi asmara/ cinta kasih, dan tiap baris berakhir dengan kata yang sama.
Contoh:
Kekasihku seperti nyawapun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawakupun, dimana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanyapun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu yang menghidupkan sementara nyawa manusia juga
….
10) Masnawi, yaitu puisi lama yang berasala dari Persia, berirama dua-dua dan berisi pujian tentang tingkah laku yang mulia.
Contoh:
Umar
Umar yang adil dengan perihnya
Nyatalah pun adil sama sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Inilah yang benar dan sungguh
Dengan bedah antara sisi alam
Ialah yang besar pada siang malam
Lagipun yang menunjukkan segala syair
Imamullah di dalam padang masyhar
Barang yang hak Ta’ala katakanlah itu
Maka hartanya sebenarnya begitu
11) Nazam, yaitu puisi lama yang berasal dari arab terdiri atras 12 larik, berisi cerita hamba sahaya, raja, sultan, atau bangsawan istana.
Contoh:
Bahwa bagi raja sekalian
Hendak ada menteri demikian
Yang pada sesuatu pekerjaan
Sempurnakanlah segala pekerjaan
Menteri inilah maha tolan raja
Dan peti segenap rahasia sahaja
Karena kata raja itu katannya
Esa artinya dan dua adanya
Maka menteri yang demikianlah perinya
Ada keadaan raja dirinya
Jika rapat dapat adanya itu
Dapat peti rahasianya di situ
b. Prosa lama Indonesia
Prosa lama Indonesia ada beberapa macam, diantaranya sebagai berikut.
1) Dongeng yaitu tentang kejadian luar biasa, aneh-aneh dan penuh khayalan. Dongen dibedakan menjadi beberapa bagian berikut.
a) Mite yaitu dongeng tentang hal-hal yang gaib, berisikan cerita peri, dewa, ataupun Tuhan.
Contoh:
(1) Dongen jaka tarub dan bidadari
(2) Dewa ruci
(3) Abu nawas
(4) Cerita nyi roro kidul, dan lain-lain
b) Legenda yaitu dongen keajaiban asal-usul suatu tempat benda, atau suatu daerah.
Contoh:
(1) Tangkuban perahu
(2) Candi prambanan
(3) Malin kundang
(4) Kampong naga, dan lain-lain
c) Sage yaitu dongen kepahlawanan, kesaktian, dan keperkasaan para pangeran, raja ataupun tokoh-tokoh tertentu.
Contoh:
(1) Dongeng kesaktian hang tuah
(2) Dongeng kesaktian patih gajah mada
(3) Dongeng kesaktian kepahlawanan pangeran samber nyawa, dan lain-lain
d) Fable yaitu dongen tentang dunia binatang yang dapat berbicara dan berperilaku layaknya manusia.
Contoh:
(1) Cerita si kancil yang cerdik
(2) Dongeng kalilah dan daminah
(3) Dongeng buaya putih
(4) Dongeng kera menipu harimau, dan lain-lain
e) Penggeli hati yaitu cerita yang berisi tentang kelucuan tokoh-tokohny.
Contoh:
(1) Cerita lebai malang
(2) Cerita pak belalang
(3) Cerita abu nawas
(4) Cerita pak kadok dan lain, lain
f) Cerita perumpamaan yaitu dongeng yang mengandung kiasan yang berisi nasihat nasihat bersifat mendidikk.
Contoh:
(1) Cerita raja firaun
(2) Cerita abu nawas
(3) Cerita haji bachil, dan lain lain
2) Hikayat yaitu bentuk sastra yang berisi perjalanan kehidupan para dewa, peri, pangeran, putri kerajaan, dan raja-raja yang biasa bahkan tidak masuk akal.
Contoh:
(1) Hikayat sri rama
(2) Hikayat bayan budiman
(3) Hikayat amir hamzah
(4) Hikayat hang tuah, dan lain-lain
3) Sejarah atau tambo yaitu salah satu bentuk sastra lama yang ceritanya berdasarkan pada peristiwa yang benar benar terjadi. Selain berisi peristiwa sejarah, tambo juga berisi silsilah raja-raja.
Contoh:
(1) Sejarah melayu karya tuan sri lanang, ditulis pada tahun 1612.
(2) Silsilah melayu bugis karya raja ali haji
(3) Tambo adah alam minangkabau
(4) Kitab bustanussalatin.
4) Bidal yaitu bentuk sastra lama yang berisi peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindirian, dan sebagaianya. Banyak sekali macam bidal, di antaranya:
a) Perumpamaan yaitu peribahasa yang menggunakan perbandingan (perumpamaan) suatu keadaan atau tingkah laku manusia dengan keadaan alam dan benda-benda atau makhluk alam semesta yang lain.
Contoh:
(1) Seperti durian dan mentimun
(2) Bagai air di daunt alas
(3) Bak panas mengandung hujan, dan lain-lain
b) Tamsil yaitu peribahasa yang berusaha memberikan penjelasan tentang sesuatu yang diumpamakan kepada orang lain. Tamsil dipergunakan untuk menasihati, menyindir, atau memperingatkan sesuatu yang dianggap tidak benar. Tamsil biasa disebut pula dengan ibarat.
Contoh :
(1) Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
(2) Keras-keras kersik, kena air lembut juga akhirnya.
(3) Ibarat tebu, habis manis sepah dibuang
(4) Bagai bunga, segar dipakai layu dibuang.
c) Pepatah yaitu peribahasa menggunakan bahasa kias dengan maksud untuk mematahkan ucapan orang lain atau untuk memberikan nasihat.
Contoh:
(1) Malu bertanya sesat di jalan.
(2) Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
(3) Piker dahulu pendapatan sesal kemudan tiada berguna.
d) Kiasan yaitu suatu ungkapan tertentu untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya kepada seseorang karena karakter, sifat, atau keadaan tubuh seseorang.
Contoh:
(1) Panjang tangan artinya suka mencuri.
(2) Kerasl kepala artinya mau menang sendiri
(3) Buah hati artinya orang yang paling disayang
(4) Kupu-kupu malam artinya pelacur.
e) Pemeo yaitu peribahasa yang digunakan untuk berolok-oloh, menyindir, mengejek, seseorang atau suatu keadaan.
f) Kisah yaitu sastra lama yang menceritakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain.
Contoh:
(1) Kisah Abdullah ke negeri Jeddah
(2) Kisah perjalanan Abdullah ke negeri kelantan
Karakteristik Karangan Narasi
Apakah yang dimaksud narasi itu? Istilah narasi atau sering juga disebut naratif berasal dari bahasa inggris narration ( cerita ) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan semacam ini hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “apa yang terjadi?”
Yang penting kita ingan dalam mengarang narasi ialah :
1. Walaupun khayal atau imajinasi, kita tidak boleh sesuka hati menciptakan cerita. Tokoh harus bertindak wajar sesuai dengan watak dan kepri badian yang diberikan
2. Haruslah berlogika, kalau tidak, cerita akan kacau dan sukar dimengerti.
Narasi tidak selalu fiktif, tergantung pada bahan serta tujuannya. Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua yaitu :
1. Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca.
2. Hedak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Jenis narasi yang pertama lazim disebut narasi informasi atau narasi eksporitoris, sasaran utuamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca karangan tersebut. Sedangkan yang tujuan yang hendak memberikan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut artistik atau narasi sugestif. Sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian suatu pengalaman.
Agar perbedaan antara narasi informasional dan narasi artistik dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut.
1 Narasi informasional
Memperluas pengetahuan
Meyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian.
Didasarkan pada penalaran utnuk mencapai kesepakatan rasional.
Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemadaian kata-kata denotatif
2 Narasi artistik
Menyampaikan suatu akna atau suatu amanat yang tersirat
Menimbulkan daya khayal.
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.
Bahasanya lebih condong kebahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
Prinsip-prinsip narasi
Beberapa prinsip narasi yang menjadi dasar sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut :
Alur ( plot)
Apakah yang dinamakan alur (plot) itu? Contoh populer untuk menerangkan arti alur ialah begini: raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati adalah alur. Apa yang disebut alur dalam narasi memang sulit dicari. Alur bersembunyi di balik jalannya cerita. Namun jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita.
Alur itu ibarat gunung es, sebagian besar darinya tak pernah tampak. Contoh di atas jelas menunjukkan apa yang dimaksudkan dengan alur. Raja mati hanyalah bernilai berita, tak mengandung alur. Tapi raja mati karena patah hati, tiba-tiba hiduplah imajinasi kita. Menjadi lengkap dan jelaslah seluruh persoalaan. Dengan dasar alur tersebut, raja mati karena patah hati, dapat dilahirkan berpuluh cerita. Dengan jalan cerita maka dapat kita temukan alurnya.
Alur dengan jalan cerita memang tak terpisahkan, tetapi harus dibedakan. Orang sering mengacaukan kedua pengertian tersebut. Jalan cerita memuat kejadian. Tetapi suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya. Yang menggerakan kejadian cerita adalah alur, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Suatu kejadian baru dapat disebut narasi kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan terjadinya perkembanganm, dalam hal ini konflik.
Untuk mengetahui konflik, alur harus dikupas menjadi elemen-elemen sebagai berikut :
Pengenalan
Timbulnya konflik
Konflik memuncak
Klimaks
Pemecah masalah
Latar ( seting)
Telah disebutkan bahwa narasi yang baik memilliki kesatuan kesan, menghasilkan satu dunia mandiri yang utuh. Salah satu yang harus dipenuhi untuk mendapatkan efek tunggal itu adalah dengan memilih atau membatasi, tindakan atau peristiwa yang dialami tokoh cerita pada latar tertentu. Apakah yang dimaksud latar? Yang dimaksud latar adalah tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkan latar secara umum. Misalnya dikatakan : di tepi hutan, di sebuah desa, atau di sebuah pulau. Dalam latar waktu, misalnya disebutkan : pada zaman dahulu, pada suatu senja. Pada suatu malam, atau pada suatu hari. Namun demikian ada juga yang menyebutkan latar tempat dan waktu secara pasti.
Penyebutan nama latar secara pasti atau secara umum dalam narasi sebenarnya menyangkut esensi dan tujuan yang hendak dicapai narasi itu sendiri. Narasi informasional sebagaimana diketahui esensinya merupakan hasil pengamatan pengarang yang diinformasikan kepada pembaca. Di sini syarat yang perlu dipenuhi adalah kecermatan pangarang.
Itulah sebabnya nama-nama latar tempat terjadinya perbuatan atau kejadian dan peristiwa yang dialami tokoh disebutkan secara pasti dan jelas. Untuk mendapatkan kesatuan kesan maka diadakan pembatasan penyebutan latar