Welcome to Indonesia_Various Cultures in Indonesia_Come and Prove!!!!!!

Translate

Kebahasaan

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II   KEBAHASAAN
A.   Konsep Kebahasaan
1.    Hakikat Bahasa
2.    Fungsi Bahasa
3.    Ragam Bahasa
B.   Unsur-unsur Kebahasaan
1.    Fonologi
2.    Morfologi
3.    Sintaksis/Kalimat
4.    Semantik
5.    Kosakata.
BAB III KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BERBAHASA
A.   Kebahasaan dalam Pembelajaran Mendengarkan
B.   Kebahasaan dalam Pembelajaran Berbicara
C.   Kebahasaan dalam Pembelajaran Membaca
D.   Kebahasaan dalam Pembelajaran Menulis
BAB IV RANGKUMAN
BAB V PENILAIAN
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM


Metodologi Pembelajaran



METODOLOGI  PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA

Bahan Ajar Diklat Guru Bahasa Indonesia
Madrasah Tsanawiyah (MTs)


Penulis

Endah Ariani Madusari




KERJASAMA
KEMENTERIAN  AGAMA
DENGAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BAHASA

Jakarta, 2011






DAFTAR ISI



BAB  I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.   Tujuan
C.   Ruang Lingkup

BAB II   METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A.   Pengertian Strategi, Pendekatan, dan Teknik Pembelajaran
B.   Konsep Pendekatan CTL/Kontekstual
C.  Karakteristik Pendekatan CTL
D.  Jenis-Jenis Metode Pemb. Bhs. Indonesia
E.    Jenis-Jenis Strategi Pemb. Bhs. Indonesia
F.   Latihan
G.  Rangkuman
H.  Glosarium

BAB  III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Selamat melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan bagi Guru Bahasa Indonesia Madrasah Aliyah. Diklat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesioanal. Modul ini berisi materi Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membahas tentang pembelajaran kontekstual/ Contextual Teaching and Learning (CTL).
Perlu Bapak, Ibu guru ketahui, bahwa sejauh ini pendidikan kita masih didomonasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar ‘baru’ yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
            Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahuinya’. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Hal itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita!
            Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari ‘menemukan sendiri’, bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
            Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
            Pembelajaran kontekstual/CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment), refleksi (reflection).
            Sebuah kelas dikatakan menggunakan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

B.       Tujuan

Modul ini membahas tentang  Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah, materi yang dibahas lebih terfokus pada pembelajaran kontekstual/CTL. Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat  mampu menjelaskan dan menerapkan:
1.    Pengertian strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
2.    Pendekatan Contextual Teaching Learning/kontekstual.
3.    Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
4.    Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia.

C.    Ruang Lingkup

Agar dapat tercapai tujuan tersebut di atas, dalam modul ini akan disajikan pembahasan mengenai:
1.    Pengertian pendekatan, metode, teknik, dan strategi.
2.    Pengertian pendekatan Contextual Teaching Learning/kontekstual.
3.    Karakteristik dalam proses pembelajaran CTL.
4.    Langkah-langkah praktis menggunakan strategi pembelajaran berdasarkan CTL.
5.    Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia.
6.    Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia.



  

BAB II
METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

  1. Pengertian Strategi, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
Kita akan membahas mengenai perbedaan antara strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Sebelum kita membahas mengenai perbedaan tersebut, terlebih dahulu kita membahas pengertian model pembelajaran. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Nah, berikut ini ulasan singkat tentang perbedaan istilah tersebut. 
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif  (Sanjaya,  2008:127).
Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memerhatikan kondisi dan situasi. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam  Sanjaya, 2008:126)
Selanjutnya dijelaskan  strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126).
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang selalu sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32). Sementara itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah model-model mengajar daripada menggunakan strategi pengajaran (Joyce dan Weil  dalam Rohani, 2004:33).
Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani, 2004: 34)  . Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.  Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
  1. Konsep Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)/ Kontekstual
Pendekatan kontekstual  mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya.  Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.
Nathan Gage in Brown mendefinisikan pengajaran sebagai berikut, “Teaching is guiding and facilitating learning, enabling the learner to learn, setting the conditions for learning,” (H. Douglas Brown, 1994:7).  Mengajar berarti memandu dan memfasilitasi belajar memungkinkan pemelajar untuk belajar, menciptakan kondisi belajar.
Definisi di atas menunjukkan bahwa pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang diciptakan oleh guru untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang sangat memerlukan keterlibatan siswa. Demikian juga dengan pendekatan kontekstual  yang berpusat pada siswa.
Kontekstual adalah kaidah yang dibentuk berazaskan maksud kontekstual itu sendiri, seharusnya mampu membawa pelajar ke pemelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam  kehidupan seharian mereka. Jadi,  pemelajaran kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pemelajar untuk membuat perkaitan antara pengetahuan dengan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja.
Elaine B. Johnson memberikan penjelasan bahwa Contextual  Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. (Elaine B. Johnson, 2007:14).
Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu: 1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, 2) melakukan pekerjaan yang berarti, 3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, 4) bekerja sama, 5) berpikir kritis dan kreatif, 6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, 7) mencapai standar yang tinggi, 8) menggunakan penilaian autentik (Elaine B. Johnson,  2007:65-66).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual  adalah mempraktikkan konsep  belajar yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja. Tidak terkecuali dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut konsep CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan sekedar ‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Hernowo, 2005:61).
CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki  dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109).
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.

C.   Karakteristik Pendekatan CTL
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL:
1.     Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan  pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2.     Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
3.     Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
4.     Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
5.     Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Di sisi lain, Hernowo (2005:93) menawarkan langkah-langkah praktis menggunakan strategi pembelajaran berdarakan CTL.
1.      Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
  1. Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.
  2. Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada mereka.
  3. Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
  4. Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.
  5. Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas.
  6. Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam setiap pembelajaran sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah).

Berdasarkan penjelasan di atas, berarti pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks  ke konteks lainnya. Dengan transfer diharapkan: (a) siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari ‘pemberian orang lain’; (b) keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit) sedikit demi sedikit; (c) Penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan ‘bagaimana’ ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

  1. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bila Bapak/Ibu guru mengajar materi Bahasa Indonesia dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran tersebut, di antaranya adalah seperti di bawah ini:

1.    Metode Audiolingual
Metode audiolingual sangat mengutamakan drill (pengulangan). Metode itu muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan berkali-kali secara intensif pola-pola kalimat. Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.
            Langkah-langkah yang biasanya dilakukan adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan

2.         Metode Komunikatif
            Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian pula, sebuah perintah, pesan, laporan, atau peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.
Contohnya menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.

3.     Metode Produktif
            Metode produktif diarahkan pada berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan metode produktif diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam ketrampilan berbicara dan menulis secara runtun. Semua gagasan yang  disampaikan dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Yang dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan bicara kita adalah pembaca.

4.      Metode Langsung
            Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.
            Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.

5.         Metode Partisipatori
            Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
            Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif. Konteks siswa menjadi tumpuan utama.

6.         Metode Membaca
            Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa.
            Berikut langkah-langkah metode membaca:
a)   Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan definisi dan contoh ke dalam kalimat
b)  Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca dengan diam selama 10-15 menit (untuk          mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan sehari sebelumnya)
c)      Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab
d)     Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu oleh guru
e)     Pembicaraan kosakata yang relevan
f)       Pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.

7.    Metode Tematik
            Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, konkret, dan konseptual.
            Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang  di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

8.         Metode Kuantum
            Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire dan Lozanov. QL mengutamakan pecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

9.    Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah,menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Apabila proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat  terjadi secara langsung dan bersifat student centered (berpisat pada siswa) Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta  menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.

10.  Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.



E.     Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
       Strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, di antaranya adalah:

1.      Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk teknik pembelajaran ekspositoris, atau teknik penyampaian semacam kuliah (sering juga digunakan istilah “chalck and talk”).
Strategi pembelajaran langsung, merupakan bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan, apa yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah dan demonstrasi, merupakan bentuk-bentuk strategi pembelajaran langsung.

2.     Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bias terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Strategi pembelajaran Cooperative Learning mulai populer akhir-akhir ini. Melalui Cooperative Learning  siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu. Yang cepat harus membantu yang lambat karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan  kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok: dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, & Johnson, mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi pembelajaran cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan dorongan atau motivasi.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari bebrapa perspektif, yaitu perspektif social, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

3.         Strategi Pembelajaran Problem Solving
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu, Mengajar memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran: sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran.
            Ada beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah, pertama, siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil: kedua, pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mendukung persoalan-persoalan untuk dipecahkan; dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahanya; ketiga, siswa mnggunakan banyak pendekatan dalam belajar; keempat, hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing) di antara semua siswa.

4.      Strategi Mengulang
Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekadar membaca ulang materi tertentu hanya untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka pendek, seketika, dan sederhana.
Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks. Menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima merupakan bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut tentunya perlu diajarkan ke siswa agar terbiasa dengan cara demikian.

5.      Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.
Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru dari percampuran dua informasi itu.
Analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan informasi.
PQ4R merupakan strategi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. PQ4R singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu siswa menghafal informasi bacaan.

6.  Strategi Organisasi
Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Bentuk strategi organisasi adalah Outlining, yakni membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.
Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan, akronim, dan kata berkait.

  1. Latihan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Bapak/Ibu guru terhadap materi yang telah dibahas dalam modul ini, maka dimohon Bapak/Ibu guru untuk mengerjakan latihan yang terdapat di bawah ini.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas!
1.    Jelaskan perbedaan antara pengertian pendekatan, metode, teknik, dan strategi!
2.    Jelaskan yang dimaksud dengan pembelajaran CTL/Kontekstual!
3.    Sebutkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual!
4.    Jelaskan secara singkat bila sebuah kelas dikatakan telah menggunakan CTL!
5.    Jelaskan secara singkat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL!
6.    Jelaskan yang dimaksud dengan metode kuantum!
7.    Berikan contohnya metode audiolingual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah!
8.    Mengapa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliyah salah satu metode yang digunakan guru adalah metode komunikatif?
9.    Buatlah satu buah contoh silabus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI  Madarasah Aliyah!
10. Buatlah satu buah contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Madrasah Aliyah,  yang di dalamnya tergambar kegiatan Pembelajaran CTL!

  1. Rangkuman
Ada perbedaan yang mendasar antara pengertian pendekatan, metode, teknik, dan strategi. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia salah satunya adalah pendekatan kontekstual. Jenis-jenis metode pembelajaran  yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, di antaranya: metode audiolingual, komunikatif, produktif, langsung, partisipatori, membaca, tematik, kuantum, diskusi, dan kerja kelompok kecil (small-group work). Jenis-jenis  strategi pembelajaran: langsung (direct instruction),  cooperative learning, problem solving,  mengulang, elaborasi, dan organisasi. 


H.           Glosarium

A
Acquiring knowledge   :   menambah pengetahuan baru
               Activing knowledge     : proses pengaktifan  pengetahuan yang    sudah     ada
Applying knowledge : mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan nyata


D
Direct Instruction : strategi Pembelajaran Langsung
F
Feed back : umpan balikan

M
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Metode Partisipatori: metode pembelajaran partisipatori : lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.

Q
Quantum Learning : pecepatan belajar

P
Pembelajaran kontekstual/CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

Pendekatan (approach). dapat diartikan sebagai titik tolak atausudut pandang kita terhadap proses pembelajaran

R
Reflecting knowledge :   pengembangan refleksi pengetahuan

S
Strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

T
          Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan  
          suatu metode.

U
Understanding knowledge : pemahaman pengetahuan
   





BAB III
PENUTUP


Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat menggunakan berbagai macam pendekatan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mengajar di antaranya adalah menggunakan  Pendekatan  kontekstual/CTL. Pada prinsipnya pembelajaran kontekstual/CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki  dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, diharapkan hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Semoga dengan mempelajari modul ini Bapak/Ibu guru dapat terinspirasi untuk menerapkan pembelajaran kontekstual dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada para siswa.



  
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Teuku. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Banda Aceh: FKIP Universitas Syiah Kuala.
Brown,  H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. Third Edition. New Jersey : Prentice Hall Regents.

Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

_______________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006, tentang Standar Isi. Jakarta.

Hernowo. 2005. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung: MLC.
  
Kemper, Dave dkk. 1997. Writters Express A Handbook for Young Writters, Thinkers, and Learners. Burlington: Write Source Educational Publishing House.

Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano: KCL

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Johnson, Elaine. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : MLC
 
Mahmud, Saifuddin. 2003. “Pendekatan Kontekstual” Makalah Disajikan pada Peringatan Bulan Bahasa, 28 Oktober 2003, Balai Bahasa Banda Aceh.

Piegeat, J. 1971. Psychology and Epistemology. New York: The Viking Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.

____________. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Suyatno, 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit Surabaya Intelektual Club.