Oleh
FARIDA ARIANI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BAHASA
2011
DAFTAR
ISI
Hal.
Daftar
Isi
Glosarium
BAB
I. Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
B.
Tujuan
C.
Ruang
Lingkup
BAB II.
Uraian Materi Keterampilan Mendengarkan
A. Konsep
Mendengarkan
1.
Pengertian
Mendengarkan
2.
Tahap-Tahap
Mendengarkan
3.
Jenis-Jenis
Mendengarkan
4.
Tujuan
Mendengarkan
5.
Syarat-Syarat
Menjadi Penyimak yang Baik
6.
Suasana
Dalam Mendengarkan
7.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dalam Mendengarkan
8.
Cara
Meningkatkan Daya Simak
9.
Perilaku
Buruk dan Baik dalam Mendengarkan
10.
Alasan
untuk Mendengarkan
B. Rangkuman Konsep Mendengarkan
C. Lembar Kerja Konsep Mendengarkan
D. Pembelajaran Mendengarkan di MTs
1.
Tujuan Mendengarkan dalam
KTSP
2.
Prinsip dan Alternatif Pembelajaran Mendengarkan
3.
Pemilihan Materi Pembelajaran
Mendengarkan
4.
Teknik Pembelajaran
Mendengarkan
5.
Cara Mengevaluasi Pembelajaran Mendengarkan
6.
Rencana Persiapan
Pembelajaran
- Rangkuman Pembelajaran Mendengarkan
- Lembar Kerja Pembelajaran Mendengarkan
- Daftar Pustaka
Bab III.
Penutup
Glosarium
No.
|
Istilah
|
Makna/Arti
|
1.
|
Mendengar
|
Tidak disengaja
|
2.
|
Mendengarkan
|
Sengaja tetapi belum memahami
|
3.
|
Mendengarkan
|
Direncanakan penuh perhatian,
dipahami, diapresiasi, dievaluasi, dan ditindaklanjuti
|
4.
|
Mendengarkan estetika
|
Menghayati (puisi, drama)
|
5.
|
Mendengarkan
eksploratif
|
Mendapatkan informasi baru
|
6.
|
Mendengarkan ekstensif
|
Bersifat umum mengarah pada situasi
tidak formal
|
7.
|
Mendengarkan intensif
|
Bersifat formal dan dilakukan dengan
sungguh-sungguh
|
8.
|
Mendengarkan
introgatif
|
Memperoleh informasi dengan cara
mengajukan pertanyaan
|
9.
|
Mendengarkan kreatif
|
Mengembangkan daya imajinasi
|
10.
|
Mendengarkan kritis
|
Menentukan keaslian, kebenaran, dan
kekurangan
|
11.
|
Mendengarkan Skunder
|
Terjadi secara kebetulan dan dapat
terganggu
|
12.
|
Mendengarkan selektif
|
Mengenal bunyi bahasa asing, kata,
prasa atau kalimat.
|
13.
|
Mendengarkan Sosial
|
Dilakukan di tempat umum (pasar)
|
14.
|
Parafrase
|
Mengutarakan
isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.
|
15.
|
Refleksi
|
Mengulang
kembali apa yang telah diampaikan sebelumnya dengan rentang waktu yang agak
alam.
|
16.
|
Simak
|
Memahami
isi imformasi yang disampaikan.
|
BAB
I
PENDAHULUAN
Selamat bergabung dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal empat keterampilan berbahasa
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada pertemuan ini kita
akan membahas keterampilan mendengarkan. Melalui modul ini Anda diharapkan dapat memahami konsep,fungsi, ruang ligkup dan
strategi peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia lisan. Modul ini bukan
hanya membawa Anda ke tujuan pembelajaran, tapi juga mengetahui
komponen-komponen yang terlibat dan yang dapat meningkatkan serta mengembangkan
keterampilan Anda dalam berbahasa lisan.
Dalam berkumunikasi kita mengenal bahasa
sebagai alatnya. . Pada saat menggunakannya dapat dilakukan
melalui reseptif yaitu melalui
mendengarkan dan membaca dan produktif melalui berbicara dan menulis. Pemeroleh
keterampilan mendengarkan dan berbicara
adalah melalui keluarga dan masyarakat atau non formal. Sedangkan
keterampilan membaca dan menulis pemerolehannya di sekolah atau pendidikan
formal.
Keterampilan mendengarkan salah satu alat komunikasi yang sangat penting
dimiliki setiap orang terutama dalam
menjalankan kontak sosial dengan orang lain. Kepandaian mendengarkan tidak
terbatas hanya dalam pengertian pandai atau terampil saja, melainkan kepandaian
itu harus dikaitkan dengan sopan santun
dan sesuai dengan tatacara atau
tatanilai yang kita anut sebagai bangsa yang memiliki moral agama dan moral
kebangsaan.
Dalam kehidupan sebagian
aktivitas mendengarkan dan berbicara
rutin dilaksanakan yang membuat kita merasa suatu kebiasaan yang lumrah tidak
memiliki peraturan. Padahal baik buruknya hubungan sosial sangat tergantung
saat kita menjalankan aktivitas salah satunya adalah mendengarkan.
Dalam
kehidupan, banyak kita temui orang yang arif dan bijaksana. Orang tersebut dapat dipastikan adalah orang yang memiliki
kesopanan berbicara dan mendengarkan. Oleh karena itu keterampilan tersebut
harus dibina dari usia dini sampai ke jenjang pendidikan formal..
Dalam pendidikan formal
keterampilan mendengarkan sudah dilatihkan mulai dari jenjang TK sampai
pendidikan tinggi. Saat melatihkannya
keterampilan itu dimulai dari hal yang paling mudah sampai yang sukar. Hal ini
dianggap penting karena dengan kemampuan mendengarkan yang baik maka kemampuan
dalam menulis dan berbicara diharapkan akan baik. Meningkatnya kepentingan dan
kegunaan mendengarkan ini dibuktikan
adanya pengakuan yang sama dengan ketiga keterampilan lainnya dalam
Kurikulum Bahasa Indonesia. Keterampilan mendengarkan ini dapat dilihat pada kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan modul ini
adalah agar guru memiliki
dan mampu mengembangkan:
1.
Memahami
konsep atau pengetahuan keterampilan mendengarkan .
2.
Memperoleh
wawasan baru tentang konsep pembelajaran mendengarkan dari berbagai bahan
atau materi.
3. Memahami proses pembelajaran mendengarkan.
C. Ruang Lingkup
Ruang
lingkup dalam modul ini meliputi:
1.
Konsep mendengarkan
2.
Tahap-tahap mendengarkan
3.
Jenis mendengarkan
4.
Tujuan mendengarkan
5.
Syarat-syarat pendengar yang baik
6.
Faktor
yang mempengaruhi dalam mendengarkan.
7.
Cara
meningkatkan daya mendengarkan.
8.
Perilaku
yang buruk dan baik dalam mendengarkan.
9.
Alasan untuk mendengarkan
10. Model
pembelajaran mendengarkan.
BAB II
KETERAMPILAN
MENDENGARKAN DAN
PEMBELAJARANNYA
A. Konsep
Mendengarkan
1. Konsep
Mendengarkan
Pernahkah Anda mengenal istilah mendengar, mendengarkan atau mendengarkan?
Apakah ketiga kata tersebut mempunyai makna sama atau berbeda? Nah untuk memahaminya, silakan diskusikan makna
ketiga kata tersebut sesuai dengan pemahaman Anda. Selamat berdiskusi.
Mendengar adalah kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja
(secara kebetulan saja).
Contoh: Ketika sedang belajar, saya mendengar
piring jatuh. Saya menoleh ke arah suara itu, kemudian saya melanjutkan
belajar kembali. (Tarigan: 12)
Mendengarkan
adalah proses menangkap bunyi bahasa
dengan disengaja tetapi belum memahami.
Contoh: Katika sedang belajar di kamar, saya mendengarkan
lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak
berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai,
saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 14)
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa
yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi,
diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan
ditindaklanjuti.
Contoh:
Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB, saya mendengarkan siaran pembinaan
bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum siaran dimulai, saya
menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting.
Saat siaran berlangsung, sesekali saya mencatat dan mengangguk-anggukan kepala
bahwa saya memahami pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, saya merasa
puas bahwa persoalan yang saya hadapi selama ini telah terjawab. (Tarigan: 15)
Berdasarkan uraian di atas, maka jelas
bahwa kata mendengar, mendengarkan, dan mendengarkan mempunyai makna berbeda.
Dalam membedakannya tergantung pada suasana dan pemahaman. Hal ini dapat
diketahui melalui penilaian setelah pembicaraan selesai. Yang perlu kita pahami
adalah walaupun dalam ilmu bahasa kata atau istilah yang paling tepat digunakan
mendengarkan, semua itu kembali kepada masyarakat pengguna bahasa. Dalam masyarakat kita atau di sekolah, kata yang
sering digunakan mendengarkan bukan mendengarkan. Oleh sebab itu kata yang
digunakan dalam modul ini adalah kata mendengarkan.
2. Tahap-tahap Mendengarkan
Setelah Anda
mendiskusikan perbedaan ketiga kata di atas tadi, selanjutnya untuk menambah
wawasan Anda, silakan lanjutkan kembali diskusinya mengenai tahap-tahap dalam mendengarkan. Mendengarkan perosesnya dilakukan
secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasilnya yang
tujuan akhirnya apakah si pendengar memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut ini
tahap-tahap dalam mendengarkan
menurut (Tarigan: 1990: 58) ada empat yaitu:
Tahap
mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.
b. Tahap memahami
Setelah
proses mendengarkan pembicaraan
disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami
dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c.
Tahap menginterpretasi
Penyimak
yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi
ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan
isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.
Tahap
mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Penyimak
menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka penyimak
pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
Baiklah
setelah Anda mendiskusikan tahap-tahap dalam mendengarkan, maka jelas bahwa
dalam mendengarkan memerlukan proses. hal ini sesuai dengan kebutuhan dari apa
yang kita harapkan.
3. Jenis-jenis Mendengarkan
Setelah
Anda mengetahui tahap-tahap mendengarkan, berikut ini kita akan membahas
jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang
dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya.
Secara
garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan menjadi dua jenis
yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Kedua jenis mendengarkan
ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Mendengarkan
ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar,
pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
a) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara
kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan
percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara
tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh
suara tersebut.
b) Mendengarkan
sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh
masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor
pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial,
dan tingkatan dalam masyarakat.
c) Mendengarkan
estetika
Mendengarkan
estetika sering disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah
kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan
pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan
syair lagu, dan sebagainya.
d) Mendengarkan pasif
Mendengarkan
pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar,
misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan bahasa daerah,
setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa
daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja
dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa
dengan baik.
Mendengarkan
intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang
dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu cirri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
a) Ciri-Ciri
Mendengarkan Intensif
Menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12)
dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
(a) Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran
tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap
suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai
seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan
kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang
disimak dengan baik. Hal ini
berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan,
kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan
intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
(b) Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan,
ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif
diperlukan oemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak.
Agar mendengarkan dapat
dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b)
perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang
sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat
mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
(c) Mendengarkan intensif ialah memahami
bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan
dalam situasi formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan
sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi
atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
(d) Mendengarkan intensif diakhiri dengan
reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan
kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan
(berbicara).
Reproduksi dilakukan setelah mendengarkan.
Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan
dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan menulis atau
mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan (d) untuk mengetahui
timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
b) Jenis-Jenis
Mendengarkan Intensif
Setelah
kita mempelajari ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas jenis-jenis mendengarkan intensif. Jenis-jenis
mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan konsentratif, mendengarkan
eksploratif, mendengarkan interogatif, mendengarkan
selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)
(a) Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan
yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara
objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta
kekurangan-kekurangannya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan
kritis: (a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas
pertanyaan “mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara
fakta dan opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan
dari hasil mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom,
ungkapan, dan majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
(b) Mendengarkan
konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan
yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap
informasi yang diperdengarkan.
Kegiatan mendengarkan konsentratif
bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk
mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan,
misalnya; unsure-unsur dalam bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan
kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan,
(e) mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan, dan (f) mencari gagasan
utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
(c) Mendengarkan eksploratif
Mendengarkan
eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian
untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak;
(a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan
dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat
dikembangkan pada masa yang akan dating, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur
bahasa yang bersifat baru.
(d) Mendengarkan
interogatif
Mendengarkan
interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada
pemerolehan informasi tersebut.
Kegiatan
mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta
dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi
sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah
bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
(e) Mendengarkan selektif
Mendengarkan
selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan
berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen,
kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang
dipelajari.
Mendengarkan
selektif mempunyai cirri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan
yang lain. Adapun cirri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan
seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) mendengarkan
dengan memperhatikan topik-topik tertentu,
(c) mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
(f) Mendengarkan kreatif
Mendengarkan
keratif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya
imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan
cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa
Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan
gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata
yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan
penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar
materi yang telah disimak.
Berdasarkan
uraian di atas maka jelas bahwa dalam mendengarkan kita mengenal dua jenis
yaitu intensif dan ekstensif. Masing-masing jenisnya diuraikan kembali ke dalam
beberapa jenis sesuai dengan kedalaman dan kedangkalan dari proses
mendengarkan.
4. Tujuan Mendengarkan
Pernah
Anda dalam melakukan mendengarkan mempunyai tujuan tertentu? Tentu jawabannya
pernah bukan? Apapun yang kita lakukan dalam mendengarkan tentu pada akhirnya
kita memperoleh imformasi yang bentuknya bisa saja informasi yang kita
dapat berupa hal yang baru ataupun
sekedar mengingat kembali karena sudah kita ketahui.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi, ada
pembicara dan ada pula pendengarnya.
Dalam mendengarkan, seseorang selalu mempunyai tujuan. Menurut HG Tarigan dalam
Hunt (1981: 14), tujuan mendengarkan ada
empat yaitu:
a.
Untuk
memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
b.
Agar
menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Untuk
mengumpulkan data dalam membuat keputusan(.
d.
Memberikan
respon yang tepat.
Menurut HG Tarigan dalam Logan (1972:
42) tujuan orang dalam mendengarkan ada beberapa hal yaitu:
a.
Untuk
memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk belajar.
b.
Hal
ini didapatkan dari nara sumber langsung atau melalui audio visual.
c.
Menikmati
keindahan audio
d.
Ini
didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
e.
Mengevaluasi
f.
Dalam
mengevaluasi, para penyimak ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar,
tidak benar, jelek, logis, dan tidak logis.
g.
Mengapresiasi bahan simakan
h.
Dalam
mendengarkan ada orang mendengarkan dengan maksud dan tujuan agar dapat
menikmati serta menghargai apa yang disimak.
i.
Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
j.
Ada
orang yang mendengarkan dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
k.
Membedakan
bunyi-bunyi
l.
Dalam
membedakan bunyi ini, biasanya ketika orang belajar bahasa asing.
m.
Memecahkan
masalah
n.
Biasanya
penyimak mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
o.
Untuk
meyakinkan
p.
Seseorang mendengarkan
dengan tekun karena untuk
meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini
diragukan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mendengarkan dari
seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan mulai dari memperoleh informasi sampai pada pemecahan masalah.
5. Syarat-syarat
Pendengar yang Baik
Baiklah,
berikut ini akan dibahas mngenai ciri-ciri
pendengar yang baik. Setiap manusia yang lahir dalam keadaan normal tentu sudah
mempunyai potensi yang baik untuk mendengarkan. Potensi ini perlu dipupuk dan
dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Kebiasaan mendengarkan
yang baik adalah satu syarat yang harus dimiliki agar seseorang dapat berhasil mendengarkan dengan baik. Berikut ini ada beberapa ciri
pendengar yang baik. Cobalah arahkan siswa Anda untuk melakukannya agar mereka
berhasil dengan baik.
a.
Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang
betul-betul mempersiapkan diri untuk mendengarkan. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental, misalnya
dalam kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil dan pikiran jernih.
- Konsentrasi
Penyimak yang baik, dapat memusatkan perhatian dam
pikirannya terhadap apa yang disimak. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang
disimak dengan apa yang diketahuinya. Suatu kebiasaan yang sangat buruk dalam mendengarkan
adalam melamun. Walaupun pandangan penyimak tertuju pada si pembicara, namun
pikiran dan perhatiannya mengembara ke mana-mana tanpa tujuan dan arah
tertentu. Hal ini tentu sulit
untuk menyerap informasi karena perhatian dan pikiran mengembara ke mana-mana.
- Bermotivasi
ingin menambah ilmu pengetahuan
Penyimak yang baik mempunyai motivasi atau
mempunyai tujuan tertentu, misalnya; ingin menambah pengetahuan, dengan
mempelajari sesuatu. Adanya tujuan atau motivasi ini tentunya untuk menambah
ilmu apa yang diharapkan.
- Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang
selalu tahu tentang apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu
menghargai pembicara walaupun pembicara
kurang menarik penempilannya atau sudah dikenal oleh penyimak.
- Mendengarkan secara utuh
(menyeluruh)
Penyimak yang baik akan mendengarkan secara utuh atau
keseluruhan. Si penyimak tidak hanya mendengarkan apa yang disukainya tetapi mendengarkan
secara keseluruhan.
- Selektif
Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang
dianggap penting dari bahan simakan. Dalam mendengarkan tidak semua bahan
simakan diterima begitu saja, tetapi si
penyimak dapat menentukan bagian yang dianggap penting.
- Tidak mudah terganggu
Penyimak yang baik tidak
mudah terganggu oleh suara-suara lain di luar bunyi yang disimaknya. Andaikata
ada gangguan yang membedakan perhatiannya, dengan cepat si penyimak kembali
kepada bahan yang disimaknya.
- Menghargai Pembicara
Penyimak yang baik adalah
penyimak yang menghargai pembicaranya. Siapapun yang berbicara tidaklah boleh
dianggap remeh karena harus saling menghargai.
- Cepat menyesuaikan diri dan kenal
arah pembicaraan
Penyimak yang baik adalah penyimak yang cepat menduga ke
arah mana pembicaraa akan berlangsung bahkan mungkin ia dapat menduga garis
besar isi pembicaraan.
- Tidak Emosi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat
mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicaraan pembicara.
- Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan
pembicara. Misalnya dengan memperhatikan pembicaraan pembicara, memberikan
dukungan kepada pembicara baik melalui
mimik, gerak, ataupun ucapan.
- Merangkum
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat menangkap
isi pembicaraan atau bahan simakan. Misalnya; dengan membuat rangkuman dan
menyampaikan atau menceritakan kembali hasil simakannya. Namun, perlu diingat,
selama mendengarkan jangan hanya asyik mencatat sehingga pesan pembicara tidak
lagi dapat dipahami.
- Menilai
Bagian terakhir fari proses mendengarkan adalah proses
penilaian terhadap materi yang disampaikan. Pada saat menilai tersebut,
penyimak mulai menimbang, memeriksa dan membandingkan apakah pokok-pokok
pikiran yang dikemukakan oleh si pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan
pengalaman atau pengetahuan si penyimak, sehingga si penyimak dapat menilai
kekuatan dari bahan simakan tersebut.
- Mengadakan tanggapan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mengevaluasi bahan
simakan, penyimak mengemukakan tanggapan atau reaksi, misalnya: dengan
mengemukakan komentar. Realsi akan terlihat dalam bentuk ucapan pendek seperti;
wah menarik sekali, sependapat dan sebagainya. Atau reaksi tersebut dapat juga
berupa anggukan dan senyuman yang menandakan si penyimak setuju atau puas terhadap isi pembicaraan.
(Djago Tarigan: 1986: 413)
6. Suasana dalam Mendengarkan
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mendengarkan. Untuk itu silakan pahami dan
diskusikanlah dengan teman Anda. Ingat, agar pemahaman Anda lebih mudah,
silakan kaitkan contohnya dengan
kehidupan Anda sehari-hari.
HG Tarigan; 1986: 66-68 mengemukakan
bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam suasana mendengarkan.
a. Suasana Defensif
Suasana defensif atau bertahan biasanya
diperlukan saat mendengarkan hal yang sungguh-sungguh dan ini biasanya bersifat:
a) Evaluatif
Hal ini biasanya terjadi pada penyimak
yang memancing penilaian khusus. Contoh;
ucapan yang memancing penilaian dari penyimak. “Kami akan menunjukkan kepada
Anda, apakah Anda orang yang soleh atau tidak, orang yang rajin atau malas.”
b) Mengawasi
Pesan-pesan
yang disampaikan oleh pembicara adakalanya membuat penyimak bersiap-siap mengontrol benar tidaknya, jujur
tidaknya apa yang disampaikan. Contoh; “Saudara-saudara, dengan tegas saya
katakan, bahwa saya adalah orang syoleh, jujur, berbudi luhur, tidak pernah
berdusta. Saya kira saya tidak mempunyai cacat cela. Kalau saya terpilih, saya
akan memajukan desa kita ini dengan sekuat saya.”
c) Strategis
Pesan-pesan
yang disampaikan oleh pembicara membuat penyimak harus berkonsentrasi secara
khusus sebab yang disampaikan berupa himbauan yang harus dipatuhi. Contoh; “Saudara-saudara,
sudah lama saya memikirkan bagaimana supaya Saudara semua mengerjakan sesuatu
sesuai dengan cara dan keinginan saya. Sekarang cara saya itu sudah mantap
tidak dapat diragukan lagi. Oleh karena itu turutilah cara ini agar Saudara
mendapat kemajuan.”
d) Netral
Tidak
jarang pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh pembicara, meransang
penyimak untuk bertindak atau berpikir netral, tidak memihak pada orang atau
golongan tertentu. Contoh; “Saudara-saudara harus tahu, saya tidak mau tahu
dengan masalah orang itu! Apa gunanya saya melibatkan diri dengan masalah orang
lain yang saya tidak tahu menahu ujung pangkalnya.”
e) Superior
Menganggap
diri sendiri lebih unggul dari orang lain. Para penyimak biasanya akan bertahan
atau meninggalkan ruangan bila dari pembicara berbicara dengan rasa tinggi
hati, merasa lebih unggul dari orang lain. Contoh; “Kamu harus tahu bahwa
kamu ini belum apa-apa dibandingkan dengan saya. Ya atau tidak cobalah
bandingkan dengan baik; Kamu orang desa, saya orang kota; kamu tidak
berpendidikan, saya intelektual.”
f) Pasti dan Tentu
Pembicara
mengemukakan sesuatu yang pasti, memancing
penyimak untuk bertahan. Contoh: “Engkau
boleh pilih: mengaku atau saya pancung kepalamu! Saya hanya bisa memberi
pilihan, tidak ada cara lain, hanya itu! Bagaimana, beri jawaban yang tegas,
lekas!”
b. Suasana Suportif
Suasana
suportif adalah bersifat mendukung yang timbul dari pihak pembicara. Ada
enam komunikasi suportif dalam mendengarkan
yaitu;
a) Deskripsi
Suasana mendengarkan dapat menjadi suportif apabila pembicara
mengimplikasikan atau deskripsikan sesuatu dengan jelas.
b) Orientasi Permasalahan
Pembicaraan yang berorientasi pada
berbagai permasalahan dapat menjadikan
suasana mendengarkan yang suportif.
Memang pesan yang disimak biasanya lebih mudah disimak dan dipahami isinya.
c) Spontanitas
Dalam mendengarkan,
pembicara yang menyampaikan pembicaraannya secara spontanitas jelas akan menjadikan penyimak lebih mudah memahami isi
pesan yang disampaikan.
d) Empati
Ketegasan
merupakan suatu unsur penting yang harus dimanfaatkan oleh pembicara dalam menyampaikan pesannya..
Mengapa? Karena hal itu dapat menimbulkan suasana suportif pada penyimak dalam
menyerap dan memahami isi pesan pembicara.
e) Ekualitas
Unsur
lain dalam berbicara yang dapat menjadikan suasana suportif dalam kegiatan mendengarkan
adalah ekualitas atau adil. Unsur ini
sebaiknya dimanfaatkan oleh pembicara untuk menarik minat penyimak terhadap
pesan yang disampaikan.
f) Provesionalisme
Ketepatan
dan ketentuan yang berlaku walaupun sifatnya sementara merupakan unsur
pembentuk suasana mendengarkan yang suportif. Unsur ini dapat dimanfaatkan
pembicara untuk menarik minat penyimak.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
dalam Mendengarkan
Dalam mendengarkan banyak hal yang
mempengaruhinya, akibatnya adalah gagalnya kita memahami apa yang akan kita
inginkan. Untuk itu, cobalah diskusikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi mendengarkan.
Menurut HG Tarigan dalam Hunt (1981: 19-20) factor-faktor yang mempenagruhi mendengarkan
adalah:
a.
Sikap
b.
Motivasi
c.
Pribadi
d.
Situasi
kehidupan
e.
Peranan
dalam masyarakat.
Sedangkan
HG Tarigan; 1986: 99-107, mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam
mendengarkan adalah sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
Pada waktu mendengarkan
faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalam mendengarkan. Di sekolah guru hendaklah
dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana belajar
yang tidak mudah mendatangkan gangguan
bagi kegiatan mendengarkan. Apabila siswa ada yang bermasalah dengan
telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar
simakan jelas.
b. Faktor Psikologis
Di
samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit
diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
a)
Berprasangka
dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
b)
Egois
terhadap masalah pribadi.
c)
Berpandangan
sempit terhadap isi pembicaraan.
d)
Kebosanan
dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok
pembicaraan.
e)
Sikap
yang tidak senang terhadap pembicara.
c. Faktor Pengalaman
Pengalaman
adalah faktor yang sangat penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang
berpengalaman dalam mendengarkan maka bahan simakan akan dikaitkan dengan
pengalaman yang telah dimiliki. Selain itu kosakata yang dimiliki si penyimakpun
sangat banyak dan jika menyampaikan kembali sangatlah lancar.
d. Faktor Sikap
Pada dasarnya
manusia hidup mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang
akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya,
tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak
menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada penyimak yaitu dampak
positif dan negatif.
e. Faktor Motivasi
Motivasi
merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat
untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil
mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan.Dalam kegiatan mendengarkan
kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu
yang berharga dari pembicaraan maka kita akan bersemangat mendengarkannya.
f. Faktor Jenis Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya bersifat
objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau
mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan
wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah,
dan tidak emosi.
g. Faktor Lingkungan
Dalam faktor lingkungan
dapat dibagi dua yaitu (1) lingkungan
fisik. Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu sarana
pendukung diantaranya akustik. Guru harus
mengarahkan dengan jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa agar mereka
dapat mendengarkan dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam mendengarkan
sebaiknya wacana yang dibacakan
mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide
yang disimak.
h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Mendengarkan
tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa melalui radio, TV, nara sumber, dan masyarakat
sekitarnya.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri
sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai penyimak yang
baik kita harus menghindari
faktor-faktor yang menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.
8. Cara Meningkatkan Daya Simak
Nah, setelah Anda memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendengarkan, selanjutknya silakan pahami
bagaimana cara meningkatkan daya simak. Tujuannya adalah agar informasi yang kita dengarkan berhasil dengan baik.
Menurut HG Tarigan (1986:
147-152) untuk meningkatkan daya simak, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
a
. Mendengarkan konversasif
Untuk perbaikan serta kemajuan dalam mendengarkan
konversasif maka dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini.
a)
Menyiapkan
siswa dengan baik agar perhatian terfokus pada apa yang disampaikan.
b)
Menyampaikan
cara mendengarkan yang baik.
c)
Membuat
rekaman dan menerapkan cara-cara menjadi penyimak yang baik.
d)
Mengevaluasi
percakapan yang disimak.
e)
MeMemotivasi
siswa untuk menilai dirinya sendiri.
f)
Memberi
kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk saling menilai.
b. Mendengarkan Apresiatif
Dalam
upaya meningkatkan serta mengembangkan
kemampuan siswa dalam mendengarkan, maka berikut ini ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan.
a)
Membuat
rekaman cerita dan puisi yang digemari oleh siswa, kemudian siswa mendiskusikan cerita atau puisi tersebut dalam
kelompok.
b)
Menceritakan
tentang pemandangan yang disenangi oleh siswa.
c)
Siswa
secara bergiliran menceritakan kembali apa yang telah dibacanya.
d)
Menceritakan
kembali apa yang disimak dari radio atau TV.
e)
Memilih
salah satu topik yang menarik untuk disimak kemudian memberikan penjelasan
mengapa topik itu dipilih untuk disimak.
f)
Membuat
lembar penilaian untuk penilaian
penyimakan dari radio atau TV.
g)
Membentuk
panitia untuk memberikan pengumuman pada suatu lomba mendengarkan.
c.
Mendengarkan Eksplorasif
Untuk meningkatkan mendengarkan
eksplorasif ini maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan.
a)
Untuk memperluas dan memahami makna
kata, sebelum mendengarkan para siswa dapat membaca kata-kata tertentu yang
telah dituliskan di papan tulis. Mereka akan memahami makna dengan
memperhatikan konteks pemakaian kata-kata tersebut dalam bahan simakan.
b)
Setelah mendengarkan suatu petunjuk yang dibacakan satu kali, siswa disuruh
melakukannya, misalnya; eksperimen sesuai dengan bahan simakan.
c) Setelah mendengarkan
suatu petunjuk, siswa disuruh menuliskannya sesuai dengan apa yang disimak.
d) Siswa
mendengarkan informasi baru mengenai
suatu topik.
Cara yang baik membantu siswa dalam mendengarkan
informasi
adalah mereka mendengarkan dengan menyiapkan pertanyaan
atau masalah
yang telah dimiliki. Untuk
mengetahuinya guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan.
d. Mendengarkan Konsentratif
Dalam
mendengarkan konsentratif ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh.
a)
Permainan sederhana dengan melibatkan siswa
mengulangi apa yang telah dikatakan dalam pernyataan-pernyataan kumulatif
sebelumnya.
Contoh:
Ani : “Saya membeli jeruk.”
Ana : “Saya membeli jeruk dan pisang.”
Ina : “Saya membeli jeruk, pisang, dan
mangga.”
Ida : “Saya membeli jeruk, pisang, mangga,
dan durian.”
Permainan ini
berlangsung terus selama daftar komulatif lengkap dan dalam susunan yang benar.
b) Mempantomimkan
suatu cerita (tiga atau empat adegan) yang sebelumnya telah disampaikan secara
lisan.
c)
Menceritakan kembali sesuai dengan hasil
simakan.
d)
Membuat gambar-gambar sesuai dengan cerita
yang disimak.
Hal lain yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam mendengarkan adalah menganalisis
rekaman singkat atau pidato yang dibacakan oleh guru. Adapun yang dapat
mereka dengarkan
adalah:
(a) Memperhatikan pendahuluan atau kalimat
pembuka.
(b) Mendengarkan hal-hal penting yang
terdapat dalam pidato.
(c) Mendiskusikan hal-hal penting yang
telah disimak.
(d) Memperhatikan kesimpulan.
9. Perilaku Buruk dan Baik dalam Mendengarkan
Untuk
keberhasilan dalam mendengarkan, tentunya Anda harus menghindari prilaku buruk
yang tidak boleh dilakukan dalam mendengarkan dan melakukan serta menerapkan
hal yang baik agar mendengarkan berhasil.
Dalam
percakapan tentu ada yang berbicara dan mendengarkan. Bila seseorang sedang
berada dalam posisi mendengarkan, sebaiknya ia bertindak sebagai pendengar yang
baik. Tetapi dalam kenyataannya tidaklah demikian karena sering sekali pendengar
memperlihatkan perilaku yang buruk.
Menurut
Atar Semi (1994; 62-65) ciri-ciri perilaku mendengarkan yang buruk adalah
sebagai berikut.
a.
Selalu
mengganggu pembicaraan yang sedang berlangsung. Misalnya; tidak memperhatikan
pembicara atau melakukan kesibukan lain.
b.
Mengalihkan
pikiran ke masalah lain atau tidak berkonsentrasi.
c.
Memperlihatkan
sikap yang hendak memotong pembicaraan.
d.
Tidak
dapat menyimpulkan isi pembicaraan.
e.
Menulis
semua pembicaraan tanpa mempunyai kemampuan menulis ide pokok.
f.
Tidak
mempunyai reaksi saat diajukan pertanyaan, apabila ya maka kelihatan terkejut
dan pertanyaan diminta untuk diulang.
g.
Tidak
menunjukkan kegairahan serat bergaya acuh tak acuh.
h.
Bermain-main
dengan pulpen, kertas, mengerak-gerakan kaki, menggigit kuku, dan lain-lain.
i.
Mengajak
teman berbicara yang tidak ada kaitannya dengan pembicaraan.
Dari
uraian di atas maka jelas bahwa apabila ada penyimak yang melakukan hal-hal tersebut
maka penyimak tersebut kehadirannya
tidak bermanfaat atau pengganggu kelancaran dalam berdiskusi.
Selanjutnya
agar kita mendengarkan berhasil dengan baik, perhatikanlah cirri-ciri pendengar
yang baik.
Ciri-ciri perilaku mendengarkan yang
baik.
a.
Pandangannya
tertuju kepada lawan bicara ketika pembicaraan sedang berlangsung.
b.
Apabila
sedang mencatat pembicaraan, maka pandangannya tertuju pada pembicara dan
catatan.
c.
Mengajukan
pertanyaan apabila ada bagian isi pembicaraan yang meragukan.
d.
Apabila
menanggapi, maka akan mengulangi kata-kata pembicara kemudian langsung
memberikan pendapat secara singkat.
e.
Tidak
mempunyai prasangka buruk, karena itu ia dengan tekun mendengarkan apa yang
disampaikan pembicara.
f.
Memperhatikan
dengan penuh perhatian keterangan dengan berusaha mengendalikan emosi disaat mendengarkan
sesuatu yang tidak disetujui.
g.
Mengikuti
jalannya pembicaraan dengan wajah yang penuh persahabatan, senyum, dibantu
dengan sedikit anggukan kepala pertanda mengikuti pokok pembicaraan, serta
dibantu pula dengan mimik yang meyakinkan.
h.
Memperhatikan
lawan bicara dengan penuh perhatian.
i.
Tidak
memotong pembicaraan lawan bicara dan membiarkan lawan bicara menyelesaikan
kalimatnya.
j.
Tidak
mengalihkan pokok pembicaraan ke pembicaraan lain.
k.
Bila
perlu mencatat hal-hal yang penting saja.
l.
Tidak
membuat gerakan atau tingkah laku yang mengganggu kelancaran komunikasi.
Apabila
seorang penyimak memenuhi persyaratan di atas, maka ia akan mempunyai tiga
keuntungan. Pertama, akan memperoleh banyak
pengetahuan. Kedua, akan menjadi pembicara yang baik. Ketiga, akan diterima
baik dalam pergaulan karena memperlihatkan sikap yang baik kepada orang lain.
10. Alasan untuk Mendengarkan
Ada
beberapa alasan mengapa orang mendengarkan. Untuk itu
Anda perlu memahami mengapa seseorang mempunyai alasan mendengarkan. Menurut HG Tarigan (1986:140-1420) mengemukakan
ada beberapa alasan mengapa orang mendengarkan.
a.
Ingin
mempelajari sesuatu dari bahan simakan
Banyak
cara untuk belajar. Salah satu caranya adalah melalui mendengarkan. Misalnya
dengan mendengarkan ceramah, pidato, ilmu pengetahuan baik melalui sekolah
ataupun langsung dari nara sumber lainnya.
b.
Ingin
memikat hati orang lain
Hidup
adalah memberi dan menerima, menghargai dan dihargai. Salah satu cara untuk
menghargai serta untuk dapat memikat hati orang lain adalah dengan cara mendengarkan
pembicaraan pembicara. Bagi orang yang sudah sering berbicara di muka umum akan jelas terasa betapa
sedihnya kalau orang tidak mendengarkan pembicaraannya. Setiap pembicara akan
senang atau menaruh simpati kepada orang yang mendengarkan pembicaraannya.
c.
Ingin
menjadi orang yang sopan
Salah
satu ciri dari orang yang sopan adalah mau mendengarkan pembicaraan misalnya;
keluhan dan pesan dari orang lain
d.
Ingin
mencari keuntungan
Dalam
dunia moderen ini ada orang yang bisa mendapatkan rizki melalui mendengarkan
yang sering disebut dengan “uang dengar” Hal ini sering terjadi dalam penawaran
baik dari penjual ataupun dari pembeli. Seseorang dapat bisa memperoleh rejeki
atau uang dengan mempertemukan penjual dan pembeli lalu jadilah transaksi
maka si penyimak akan memperoleh uang.
e.
Memperoleh
manfaat dari bahan simakan
Dalam
kegiatan mendengarkan selain memperoleh uang juga dapat pula moral nonmaterial.
Dari berbagai kegiatan mendengarkan
seseorang dapat mengetahui, memahami, bahkan dapat memecahkan masalah.
Dengan demikian si penyimak dapat terhindar dari masalah yang sedang dihadapi.
f.
Ingin
menghilangkan rasa bosan
Rasa
bosan bisa terjadi pada semua orang. Untuk mengobatinya maka dapat dilakukan mendengarkan
yang ada hubungan dengan hobi kita. Atau dapat juga mendengarkan dengan
menonton lawak, film di TV.
g.
Ingin
membandingkan beberapa pendapat
Penjelasan
atau keterangan mengenai suatu ilmu dapat diperoleh dari berbagai sumber,
termasuk sumber lisan. Semakin banyak kita mendengarkan penjelasan dari
beberapa nara sumber, maka cakrawala pandangan kita mengenai ilmu semakin luas. Selain itu kita pun dapat
mengetahui perbedaan dan persamaan
pendapat dari para nara sumber tersebut.
h.
Ingin
memenuhi rasa ingin tahu
Sebagai
manusia mempunyai rasa ingin tahu
terhadap sesuatu adalah hal yang sangat wajar karena apabila kita banyak
mengetahui sesuatu maka semakin banyak pula kita tidak tahu. Ini adalah salah
satu dorongan atau motivasi yang membuat kita ingin mendengarkan.
i.
Ingin
disenangi orang lain
Seorang
guru atau pembimbing harus menjadi
penyimak yang sabar. Segala keluhan atau kendala dari seseorang harus
didengarkan dengan baik. Semakin sabar dan asyik ia mendengarkan kata hati
orang lain, maka semakin banyak pula orang yang menyenangi serta membutuhkannya.
Berdasarkan
uraian di atas maka jelas bahwa mendengarkan sangat penting dan menguntungkan
karena dengan mendengarkan kita mendapatkan informasi, menguntungkan, untuk
menghibur diri, dan untuk membandingkan pendapat yang sudah kita peroleh sebelumnya.
B. Rangkuman Konsep Mendengarkan
Setelah Anda memahami konsep
mendengarkan, selanjutnya silakan tingkatkan kembali pemahaman Anda terhadap
materi pelajaran pada kegiatan belajar ini, dengan membaca rangkuman berikut.
Kegiatan mendengarkan adalah pondasi paling awal yang harus
diterapkan di Sekolah Dasar.
Kegiatan mendengar ada unsur ketidaksengajaan, kebetulan, sambil
lalu, dan tidak dicerna. Oleh karena itu, apa yang didengar mungkin
tidak dimengerti sama sekali. Pada
peristiwa mendengarkan ada unsur kesengajaan tetapi belum diikuti unsur
pemahaman. Mendengarkan dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan
dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa mendengarkan ada unsur kesengajaan,
direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
Dalam mendengarkan kita mengenal empat tahap nyaitu mendengar, memahami,
menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi.
Selain itu, mendengarkan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
mendengarkan secara ekstensif dan dan mendengarkan intensif. Yang masuk pada
kelompok mendengarkan ekstensif adalah; sekunder, sosial, estetika, dan pasif.
Sementara yang termasuk kelompok intensif adalah; kritis, eksploratif,
konsentratif, introgatif, selektif, dan kreatif.
Dalam
mendengarkan tentunya mempunyai tujuan. Adapun tujuannya adalah
memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Agar kita mendengarkan berhasil, maka ada beberapa ciri pendengar yang baik
harus dipahami yaitu; siap fisik dan mental, konsentrasi, bermotivasi ingin
menambah pengetahuan, objektif, menyeluruh, selektif, tidak mudah terganggu,
menghargai pembicara, Cepat menyesuaikan diri dan kenal arah pembicaraan, tidak emosi, kontak dengan pembicara, merangkum,
menilai, dan mengadakan tanggapan.
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam mendengarkan yaitu suasana depensif atau
bertahan, dan sifatnya evaluatif, mengawasi, strategis, netral, superior, dan
pasti. Selanjutnya suasana suportif yang didalamnya deskripsi, orientasi
permasalahan, spontanitas, empati, ekualitas, profesionalisme
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam mendengarkan yaitu; fisik, psikologi, pengalaman, sikap, motivasi, jenis
kelamin, dan lingkungan, peranan dalam
masyarakat,
Dalam mendengarkan tentunya kita ingin berhasil. Untuk mengingkatkan daya
simak ada beberapa cara yaitu dengan mendengarkan konversasif, apresiatif,
eksplorasif, dan konsentratif,
Dalam
mendangarkan ada beberapa alasan mengapa orang mendengarkan yaitu ingin
mempelajari sesuatu dari bahan mendengarkan, ingin memikat hati orang lain,
ingin menjadi orang yang sopan, ingin mencari keuntungan, memperoleh manfaat
dari bahan mendengarkan, menghilangkan rasa bosan, membandingkan beberapa
pendapat, memenuhi rasa ingin tahu, dan ingin disenangi orang.
C.
LEMBAR KERJA Konsep Mendengarkan
Sudahkah Anda
menguasai materi di atas? Untuk menguji kemampuan Anda, silakan pilih satu satu
jawaban di bawah ini yang Anda anggap tepat dengan cara menyilang (X)
1. Menginterpretasi termasuk pada ….
a. Jenis mendengarkan
b. Mendengarkan yang baik
c. Tahap mendengarkan
d. Faktor keberhasilan mendengarkan
2.
Evaluatif dalam mendengarkan
adalah proses yang harus dilakukan pada saat ….
a. Suasana dalam mendengarkan
b. Tindakan setelah
mendengarkan
c. Keberhasilan dalam
mendengarkan
d. Hasil yang diperoleh dan
dilanjutkan
3. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
mendengarkan eksplorasif yaitu ….
a.
Siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan
b.
Siswa
mendengarkan informasi baru mengenai
suatu topik
c. Siswa dituntut untuk
melakukan hasil mendengarkan
d. Siswa mendengarkan dan
merefleksi dengan jawaban
4.
Hidup
adalah memberi dan menerima, menghargai dan dihargai. Pernyataan
ini terdapat pada ….
a. Kendala dalam mendengarkan
b. Keberhasilan dalam mendengarkan
c. Alasan untuk mendengarkan
d. Kesenangan dalam mendengarkan
5. Tidak memotong pembicaraan lawan
bicara dan membiarkan lawan bicara menyelesaikan kalimatnya.
Pernyataan ini mengacu pada ….
a.
Pengertian mendengarkan
b.
Faktor mendengarkan
c. Ciri pendengar
yang baik
d.
Alasan mendengarkan
D. Pembelajaran Mendengarkan
1. Tujuan Mendengarkan dalam Kurikulum Satuan Pendidikan
Saudara,
setelah Anda memahami konsep keterampilan mendengarkan, berikut ini silakan
Anda pahami bagaimana mengajarkan keterampilan mendengarkan. Selamat
berdiskusi. Dalam Standar Isi pembelajaran mendengarkan dapat
dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar sedangkan pengembangan
indikator diserahkan pada guru sesuai
dengan situasi dan kondisi di sekolah masing-masing. Pada saat mengembangkan kompetensi dasar, guru dapat memilih salah
satu kompetensi dasar apakah mendengarkan dari segi kemampuan berbahasa ataupun
mendengarkan dari segi sastra. Yang membedakan kedua kemampuan ini adalah bahan ajarnya dan fokus kompetensi yang mau
dicapai yaitu ilmu bahasa atau ilmu sastra. Ada beberapa tujuan dan standar kompetensi pembelajaran mendengarkan
yang perlu diperhatikan guru dalam Standar
Isi yaitu;.
a. Berkomunikasi secara efektif dan
efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
b. Menghargai dan bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial
e. Menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
2. Prinsip dan Alternatif Pembelajaran Mendengarkan
a. Prinsip Pembelajaran Mendengarkan
Setelah Anda memahami kedudukan mendengarkan dalam standar isi, selanjutnya
silakan diskusikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran mendengarkan. Dalam
pembelajaran mendengarkan ada beberapa prinsip pembelajaran yang harus
diketahui oleh guru. Adapun prinsip-prinsip
pembelajaran mendengarkan tersebut adalah sebagai berikut.
a) Mendengarkan merupakan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan
kalimat dari bahasa yang diujarkan.
b) Mendengarkan merupakan membedakan bunyi dengan bunyi yang lain, satu
kata dengan kata yang lain, satu kalimat dengan kalimat yang lain, dan satu
paragraf dengan paragraf yang lain, serta satu wacana dengan wacana yang lain.
c) Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang
disampaikan dengan meninggalkan hal-hal
yang tidak relevan dan mubazir dalam penyimakan.
d) Mendengarkan berarti
menentukan mana yang penting, yaitu yang utama serta menyeleksi mana
yang bermakna dan makna yang tidak bermakna.
e) Mendengarkan berhubungan erat dengan mengingat dan mempertahankan
ingatan.
f) Mendengarkan memerlukan pemahaman dengan
kemampuan mengidentifikasi, membedakan komponen-komponen yang bermakna dalam
ujaran. (Puskur: 2)
Dari
uraian prinsip-prinsip di atas, dalam mendengarkan,
guru juga harus memahami bahwa dalam kegiatan mendengarkan dilandasi oleh tiga
hal yaitu:
a) Mempunyai alasan tertentu. Dalam mendengarkan seseorang ada yang
ingin tahu apa yang akan disampaikan, ingin menambah ilmu pengetahuan, atau
mendapatkan informasi yang diperlukan.
b) Ingin memahami apa yang disimaknya. Dalam proses mendengarkan hal
yang paling penting adalah berkonsentrasi agar suatu pembicaraan dapat dipahami
dengan baik.
c) Hasil yang diharapkan. Dalam kegiatan mendengarkan, proses yang
paling akhir yang diharapkan adalah hasil dari mendengarkan. Tujuannya adalah
untuk menambah ilmu dan pengalaman agar apa yang didapatkan dapat disampaikan
pada orang lain atau menambah wawasan untuk diri kita sendiri.
Menurut Underwood;
1990 dalam pembelajaran bahasa, untuk mendengarkan dengan baik, siswa harus
mempelajari tatabahasa dan kosakata serta ungkapan. Selain itu
siswa juga harus dapat
menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dan kondisinya. Hal lain yang
perlu diperhatikan oleh guru adalah siswa harus dilatih mendengarkan secara
efektif yaitu mendengarkan dengan cara memahaminya, menginterpretasikan,
mengevaluasi, memberi respon, dan menanggapinya
karena dengan demikian maka akan terjadi proses pemahaman informasi.
b. Alternatif Pembelajaran Mendengarkan
Ada beberapa alternatif yang dapat Anda pilih dalam pembelajaran mendengarkan.
Alternatif ini dapat Anda gunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah
Pertama dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang terdapat dalam Kurikulum
2004. Di bawah ini terdapat 17 alternatif pembelajaran mendengarkan.
1) Mendengarkan penjelasan.
2) Mendengarkan pidato.
3) Mendengarkan laporan.
4)
Mendengarkan
siaran beritta dari TV.
5)
Mendengarkan
siaran berita dari radio.
6) Mendengarkan berita atau cerita dari kaset.
7) Mendengarkan nyanyian.
8) Mendengarkan pembicaraan.
9) Mendengarkan wawancara.
10) Mendengarkan ceramah.
11) Mendengarkan pengumuman.
12) Mendengarkan deklamasi
13) Mendengarkan petunjuk
14) Mendengarkan apa yang dibicarakan orang.
15) Mendengarkan cerita.
16) Mendengarkan dengar pendapat.
17) Mendengarkan percakapan.
(Puskur: 6)
3.
Pemilihan Bahan dalam Pembelajaran Mendengarkan
Dalam membuat bahan ajar mendengarkan ,
alternatif yang dapat Anda lakukan adalah harus kreatif mencari dari berbagai
sumber. Pemilihan dan pengembangan
bahan dalam pembelajaran mendengarkan dapat Anda susun dengan memperhatikan
prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip pemilihan bahan kajian tersebut antara
lain:
a)
Sumber
harus disusun dari yang mudah ke yang sukar.
b)
Dari
lingkungan yang paling dekat ke yang jauh.
c)
Dari yang sederhana menuju kepada kajian yang
rumit.
d)
Dari
yang sudah diketahui siswa menuju kepada
yang belum diketahui.
e. Dari kajian kongkret menuju pada kajian yang bersifat abstrak.
Selain sumber kajian,
hal lain yang perlu diperhatikan adalah sumber belajar. Dalam Standar Isi,
menentukan sumber belajar harus menganut
prinsip keanekaan (bervariasi) dalam hal ini guru dapat mencari dari berbagai
sumber. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa sumber yang dapat digunakan dalam pengajaran mendengarkan
yakni:
1. Buku-buku
a. Buku
pelajaran yang diwajibkan.
b. Buku
pelajaran yang pernah dipakai dan masih relevan.
c. Buku
pelengkap yang disahkan oleh Departemen.
d. Buku
bacaan baik berupa saduran atau bukan saduran.
e. Kamus.
2. Media Cetak
a. Surat kabar.
b. Majalah.
3. Media Elektronika
a. Radio.
b. Kaset.
c. Televisi.
d. CD.
e. DVD.
4. Teknik Pembelajaran Mendengarkan
Dalam mengajarkan mendengarkan, agar peserta didik
senang maka guru dalam mengajar harus menggunakan teknik yang bervariasi. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan beberapa model
atau teknik pengajaran mendengarkan. Tujuannya adalah:
a. Bagi guru yang belum mengenal, mengetahui atau memahami
maka contoh ini adalah hal baru yang perlu dipahami.
b. Bagi guru yang sudah memahami atau mengetahuinya atau
sudah mempraktekkannya, maka contoh ini sebagai penyegaran kembali terhadap hal
yang sudah diketahui.
Untuk itu mari kita perhatikan contoh di bawah ini.
1)
Simak – Tulis (Dikte)
Dalam
teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat (
diperdengarkan cukup satu kali). Siswa mendengarkan dengan baik
Contoh;
Guru: Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika
kita ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya,
maka orang tersebut disuruh menjalankan
mobil, mundur, maju, belok, kencang, lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai
kecakapan memotong rambut. Lalu
kita mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan
menyisirnya dan lain-lain.
Siswa: (Menuliskan hasil simakannya)
Tes
biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika kita ingin menilai keterampilan
seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya, maka orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok,
kencang, lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu
kita mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan
menyisirnya dan lain-lain.
2)
Simak – Terka
Guru
menyuruh siswa mendeskripsikan suatu benda yang diperdengarkan atau dibacakan
oleh guru. Siswa mendengarkan dengan tekun
Contoh:
Guru : Harganya
cukup murah hanya Rp. 200,- per kotak kecil. Isi kotak kecil itu panjangnya kira-kira 4-5 cm.
Tangkainya biasanya terbuat dari kayu. Di ujung kayu itu terdapat bulatan yang
berwarna coklat. Bulatan itu akan menyala bila digoreskan pada kotaknya. Apakah
nama benda itu?
Siswa : (Menerka) Korek api.
3). Memperluas Kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat, siswa menyebutkan kalimat tersebut.
Kembali guru mengulangi kalimat tadi.
Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi
kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya
adalah kalimat yang sudah diperluas dengan menambahkan kata atau kelompok kata
yang telah diucapkan.
Contoh:
Guru : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam.
Siswa : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam.
Guru : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam.
Siswa : Ibu memasak nasi di dapu tadi malam sewaktu hujan lebat.
4)
Simon Berkata
Seorang siswa
berperan sebagai Simon dan maju ke depan kelas. Setiap mengatakan Simon berkata
“Silakan duduk” siswa lain menurutinya. Tetapi apabila Simon mengatakan
“Simon” Siswa lainnya tidak boleh
mengikutinya. Kecermatan mendengarkan ucapan Simon menentukan pemberian reaksi
yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
Contoh:
Siswa : Semua berdiri
Simon
berkata : “Duduklah!’.
Siswa : Duduk. (Apabila ada yang
berdiri maka dihukum)
Simon : “Duduk!”
Siswa : Tidak ada yang duduk. Apabila ada yang duduk, maka dihukuman.
5) Bisik Berantai
Bisik
berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok atau beberapa siswa. Apabila
dilakukan oleh beberapa siswa maka guru membisikkan pada siswa pertama, siswa
pertama membisikkan pada siswa kedua dan seterusnya, siswa terakhir harus
menuliskan di papan tulis atau menyebukann kalimat tadi dengan nyaring.
Contoh:
Guru : Ayah berharap ayah akan ke kantor bersama
Deri dan Deri akan menurutinya.
Siswa : A Ayah berharap akan ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya
B Ayah berharap ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya
………………
………………
G Ayah
ke kantor bersama Deri dan
menurutinya
Guru : Memeriksa
ucapan terakhir siswa.
Perbedaan
yang dilakukan secara berkelompok adalah masing-masing siswa terakhir yang
terdapat dalam setiap kelompok menuliskan kalimatnya dalam secarik kertas
dengan menuliskan nomor kelompok dan menyerahkannya pada guru. Tugas guru
adalah menuliskan kalimat dari semua wakil kelompok di papan tulis. Dari
beberapa kalimat tersebut maka dapat dibaca kalimat mana yang paling tepat.
6) Menyelesaikan
Cerita
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap
kelompok beranggotakan 3 – 4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama,
misalnya kelompok 1, ke depan kelas.
Kelompok tersebut disuruh bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan
oleh guru. Setelah bercerita, beberapa menit kemudian, guru mempersilakannya
untuk duduk. Cerita tersebut dilanjutkan oleh kelompok kedua, dan selanjutnya
sampai selesai (kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan
dengan cara yang sama.
Contoh:
Guru : Sekarang
kita akan menyusun suatu cerita. Judulnya masih rahasia. Cerita ini akan
disusun oleh empat kelompok. Bagian demi bagian akan ditampilkan di depan
kelas. Setiap orang selalu siap melanjutkan cerita..Mari kita mulai.
Rengga ke depan
Rengga : (Ke depan.) Apa yang harus saya ceritakan Bu?
Guru : Bebas,
apa saja boleh
Rengga : Pagi ini saya terlambat karena jam beker yang biasa
membangunkan tidak berdering. Rupanya saya lupa memutarnya tadi malam.
Cepat-cepat saya pergi mandi.
Sialnya,
badan sudah basah sabun mandi tidak ada.
Guru : Bagus,
Rengga! Silakan duduk. Cerita akan
dilanjutkan oleh Sita.
Sita : (Sita ke
depan.) Mendehem-dehem sebentar, lalu melirik kepada guru!
Guru : Ayo,
lanjutkan cerita tadi, Sita!
Sita :
Cepat-cepat aku berpakaian. Tetapi sayang, semua pakaian kotor, sehingga aku memakai pakaian bekas kemarin.
Guru : Bagus,
bagus. Selanjutnya, cerita akan
dilanjutkan oleh Fajar.
Fajar : (Fajar
ke depan,) kebingungan. Tidak tahu apa yang akan diceritakan karena tadi tidak mendengarkan.
Guru : Ini suatu
peringatan buat kalian, bahwa kalian ada
yang melalaikan tugas. Fajar duduk kembali, penggantinya adalah Soni.
Soni : Aku sarapan nasi, hangus pula. Lalu
cepat-cepat aku pergi ke sekolah. Ternyata kendaraan yang akan kutumpangi
selalu penuh. Dapat kenderaan yang kosong. Bannya kempes pula di tengah jalan.
Turun dari kendaraan, aku disambut hujan
lebat. Badan basah kuyup, terlambat di dekolah. Bu guru memarahiku lagi.
Guru : Bagus,
Soni. Sekarang bagian terakhir hanya satu kalimat. Coba, Reni ke depan.
Reni : (Reni ke
depan.) Berpikir keras.
Memang nasibku, sungguh sial hari ini.
Guru :
Bagus, bagus. Dengan demikian lengkaplah sudah cerita kita.
7) Identifikasi
Kata Kunci
Dalam sebuah wacana
atau bacaan selalu memiliki sejumlah kata yang mengungkapkan isi keseluruhan
kalimat, paragraf atau wacana. Kata-kata yang dapat mewakili seluruh isi
tersebut disebut kata kunci (Key word).
Dalam mendengarkan suatu kalimat,
paragraf atau wacana, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup
diingat kata-kata kunci yang merupakan inti dari pembicaraan karena melalui
kata-kata kuncilah menjadi kalimat-kalimat yang utuh sehingga sampai pada bahan
simakan yang mempunyai makna yang lengkap.
Contoh:
Guru :
Simaklah kalimat berikut ini baik-baik! Carilah kata-kata kunci dari kalimat berikut.
Manusia,
baik yang primitif maupun yang modern, selalu cenderung hidup berkelompok.
Siswa : Mendengarkan.
Menentukan kata kunci.
Manusia
– hidup – berkelompok
Manusia
hidup berkelompok.
Guru : Bagus!
Sekarang simak, saya akan bacakan
kalimat lain. Carilah kata-kata kuncinya.
Pesawat Garuda F.28 Cimanuk habis terbakar dalam
hujan lebat setelah melandas di lapangan terbang Branti.
Siswa : Siswa mendengarkan
dengan teliti.
Garuda – terbakar – Branti
Garuda
terbakar di Branti.
Guru : Bagus.
8) Identifikasi Kalimat Topik
Dalam sebuah wacana terdiri dari beberapa
paragraf. Setiap paragraf minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan
kalimat pengembang. Kalimat topik bisa
terdapat di awal, tengah dan akhir
paragraf.
Contoh:
Guru : Simaklah
baik-baik rekaman paragraf berikut.
Menyetop bola dengan dada dan
kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan sangatlah keras. Sundulan
kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut
kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari
kakinya. Operan bolanya tepat dan
terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.
Siswa : Mendengarkan
paragraf lisan secara cermat.
Akhirnya,
siswa dapat menentukan. Kalimat topiknya ialah “Amin benar-benar pemain bola
jempolan”.
Guru : Luar
biasa! Tepat dan sangat bagus.
9)
Menyingkat/Merangkum
Mendengarkan bahan
simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu
caranya adalah melalui menyingkat atau merangkum. Menyingkat atau merangkum
berarti merangkum bahan yang panjang
menjadi sesedikit mungkin. Namun,
kalimat yang singkat tersebut
dapat mewakili kalimat yang panjang.
Contoh:
Guru : Simaklah baik-baik rekaman berikut!
Rekaman hanya sekali diputar, kemudian rangkumlah isinya dalam beberapa kalimat.
Manfaat
Bawang Putih
Bawang putih memang tak sedap
baunya. Tapi khasiatnya sangatlah banyak. Selain melezatkan makanan, bawang
putih sejak lama diketahui amat bermanfaat bagi kesehatan. Pendek kata ia bisa
dijadikan obat sejumlah penyakit.
Bawang putih segar atau mentah
telah terbukti bisa menyembuhkan infeksi di tenggorokan, perut, dan kulit.
Kurang lebih bisa disamakan dengan antibiotik karena bawang putih mengandung
sulfur. Di samping itu bawang putih juga menurunkan kolestrol dan mengurangi
produksi lemak dalam tubuh. Bahkan bila dikunyah mentah-mentah, bawang putih
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi.
Sebab itu pula dua pabrik obat di
AS tengah berlomba membuat obat-obatan dengan bahan baku bahan putih. Terlebih
setelah tahu bahwa bawang putih juga dapat bekerja baik melawan jamus infeksi,
penyakit yang kerap menyerang kaki para atlet serta gatal-gatal pada kulit.
(KOMPAS, 23 Maret 2002)
Siswa : Mendengarkan rekaman dengan penuh
perhatian.
Hasil rangkumannya adalah sebagai berikut.
Biar aromanya kurang sedap, bawang putih
berkhasiat banyak yaitu menyembuhkan bermacam penyakit. Oleh sebab itu beberapa
pabrik obat di AS memproduksi bawang putih sebagai bahan baku.
Guru : Bagus!
Rupanya kalian sudah pintar.
10)
Parafrase
Suatu cara yang
digunakan orang dalam memahami isi puisi adalah dengan cara mengutakan isi
puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru
diperdengarkan kepada siswa. Setelah selesai, siswa mengutakan kembali dalam
bentuk prosa.
Contoh:
Ibu, Adakah Tersisa
Waktu Untukku
Ketika ibu bertanya
padaku
Nak, sudahbenarkah
pilihan cintamu
Kujawab dengan hati yang
tegar tetapi sendu
Benar ibu, telah kupilih
tumpaham hatiku.
Walau kata pengabdian
pada saat ini terasa semua
Namun hatiku telah
terpateri tekadku
Hanya ini yang ingin
kubaktikan sebagai balas budiku
Atas jerih payah serta
curahan kasih sayang bundaku.
Dan bila sang suami
bertanya lembut penuh rayu
Sayangku, sanggupkah
engkau bagi waktumu
Antara tugas dan
tanggung jawab yang penuh liku
Serta cinta, kasih dan
bakti pada diriku.
Maka jawabku kadang
bercampur ragu
Oh, suamiku, Tuhanlah
Yang Maha Tahu
Beberapa besar nikmat
dan karunia atasku
Karya, bakti dan ciptaku
bisa terpadu.
Dan lemahlah akhirnya
sendi tulangku
Bila datang si kecil
anakku merajuk rayu
Ibu, adakah tersisa
waktu untukku
Aku ingin bercanda,
memanja dan mengadu.
Oh anakku, kau adalah
tumpuan harapan ayah bundamu
Kudambakan kau kelak jadi pimpinan negara dan bangsaku
Demi cinta, bakti dan
masa depan tanah airku.
(Renungan seorang Polwan, Oleh Monalisa. Dikutip dari buletin Polwan,
September 1982)
Siswa : Mendengarkan rekaman dengan penuh
perhatian.
Mereka mencoba memahami garis besar isi puisi.
Hasilnya adalah sebagai berikut.
Seorang
wanita memilih Polisi Wanita (Polwan) sebagai langkah pengabdian. Melalui
Polwan ini akan berbakti pada negara. Melalui Polwan ini ia membalas kasih
sayang ibundanya.
Banyak
pertanyaan yang timbul atas pilihan wanita tersebut.
Pertanyaan
dari ibunda, suami dan anaknya.
Ibunda
bertanya, apakah pilihan itu sudah tepat. Ia menjawab dengan pasti itulah pilihan hatinya.
Suaminya
bertanya apakah ia dapat membagi waktu antara tugas dan suami. Ia menjawab, cintanya pada suami tidak berkurang.
Tugasnyapun tidak akan diabaikan.
Anaknya
juga bertanya. Apakah ia masih mempunyai waktu untuk bercanda, memanjakan dan
menampung pengaduan anaknya.
Dengan
bijaksana ia menjawab.
Kuharap
dikau menjadi pimpinan negara. Ibu rela berkorban demi cinta, bakti dan masa
depan negara.
11)
Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan mendengarkan yang efektif
ialah melalui latihan dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di
mana, mana, dan bilamana yang diajukan sesuai dengan bahan simakan.
Contoh:
Guru : Simaklah baik-baik bacaan berikut ini.
Setelah
selesai, jawablah pertanyaan sesuai dengan hasil simakan.
Pendidikan Harus Hasilkan Pekerjaan Serta Pendapatan
Pendidikan
sekolah meupun luar sekolah yang menghasilkan anak didik yang bisa mendapat
penghasilan sendiri atau bisa dapat bekerja adalah amat pentig agar
pengangguran jangan sampai menggejala pada usia dini, sehingga kaum muda pada
usia produktif tidak menganggur. “Karena itu lebih baik membuka sekolah kejuruan dari pada sekolah
umum”. Ujar Mendiknas Prof. Malik Fajar hari Rabu di pelabuhan udara
Selaparang, Mataram, pada akhir kunjungan kerja dua hari di Propinsi NTB.
Hal
serupa dikemukakannya pula dalam pengarahan pada jajaran Depdiknas NTB, serta
guru dan mahasiswa di Universitas Mataram, Selasa malam.
Menurut Malik Fajar, pendidikan luar
sekolah seperti kursus harus menghasilkan anak yang siap dikerjakan. “Arus
lulusan SMA tidak berhenti. Tiap tahun yang tidak diterima di perguruan tinggi
bertambah”, katanya.
Selesai meninjau SMKK Mataram, Malik
Fajar menyatakan gembira melihat minat masuk sekolah kejuruan tersebut. Setiap
tahun biasanya siswa kelas I hanya sekitar 50 orang, namun pada tahun ajaran
2002 mencapai 300 siswa, “Ini kan bukti bahwa lulusan sekolah kejuruan ini
mampu hidup dan menghasilkan” katanya.
Siswa :
Siswa mendengarkan dengan tekun
Guru : Menyuruh siswa mengambil buku latihan
dan menjawab pertanyaan guru.
(1) Siapa
yang berbicara?
(2) Apa
yang dibicarakan?
(3) Di mana
hal itu dibicarakan?
(4) Bila
hal itu dibicarakan?
(5) Mengapa hal itu dibicarakan?
Siswa
: Menjawab pertanyaan guru.
5. Cara Penilaian Pembelajaran Mendengarkan
Menurut
Power dalam Safari, 1997: 61, ada tiga jenis pertanyaan pemahaman dalam
ujian mendengarkan yaitu:
a) Siswa
memlih satu pertanyaan yang sama maksudnya dengan pernyataan yang didengar.
b) Didengarkan
percakapan singkat dari dua orang kemudian ditanyakan tentang isi percakapan
yang telah diperdengarkan (pernyataan hanya diperdengarkan satu kali).
c) Didengarkan
pidato/percakapan/bacaan kemudian
ditanyakan beberapa pertanyaan dari cerita tersebut.
a) Aspek Yang Dinilai
Aspek yang dinilai
dalam mendengarkan didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman
pembelajaran serta kompetensi dasar yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum
khususnya dalam indikator. Bagi siswa dapat diketahui aspek yang belum dikuasai
dalam pengalaman belajar yang dikembangkan dari indikator. Sedangkan bagi guru
dapat diketahui aspek yang belum diajarkan pada siswa. Selain itu penilaian
pembelajaran mendengarkan ini tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua
yang telah dialami siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan
kompetensi dasar khususnya dalam indikator.
Secara umum aspek
yang dinilai dalam pembelajaran mendengarkan adalah sebagai berikut.
1. Aspek
Kebahasaan
a. Pemahaman
isi
b. Kelogisan
penafsiran
c. Ketepatan
penangkapan isi
d. Ketahanan
konsentrasi
e. Ketelitian
menangkap dan kemampuan memahami
2.
Aspek Pelaksanaan dan Sikap
a. Menghormati
b. Menghargai
c. Konsentrasi
/kesungguhan mendengarkan
d. Kritis
3. Bentuk-bentuk Pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian mendengarkan, guru dapat memilih bentuk
pertanyaan sebagai berikut.
a. Mengucapkan
kembali (menirukan) hal yang didengar.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b. Melaksanakan
petunjuk/perintah yang diperdengarkan
Contoh:
Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah “Pelajaran di kelas dimulai pukul
7.05”.
(Siswa menuliskan)
c.
Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di
mana, bagaimana (berdasarkan pertanyaan yang didengar)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d. Menerka nama
benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan deskripsi yang
disampaikan.
Contoh:
Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam memangsa hewan
tangkapan.
e. Menerima dan menyampaikan
pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui telepon.
Contoh:
Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur ke Bandung.
f. Menanyakan berbagai hal
berdasarkan tema atau topik yang didengar.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita
yang kamu simak tadi?
g.
Menentukan satu diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan karangan yang
didengar.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata
atau kalimat, siswa disuruh menunjukkan
nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan gambar dari kata atau kalimat
yang diperdengarkan.
Misal: a) Nani makan pisang
b) Darlis menulis surat
c) Kakak membaca koran
d) Ibu menanak
nasi
6. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mendengarkan
Di bawah ini akan
disajikan perencanaan
pembelajaran mendengarkan berdasarkan Standar Isi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
SMP :
SMP ..............
Kelas/Semester : VIII/1
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
I. Standar
Kompetensi : Memahami wacana lisan
berbentuk laporan
II. Kompetensi Dasar : 1.1 Mendengarkan berita dari
radio/televisi
III. Tujuan
Pembelajaran:
Setelah mendengarkan laporan
siswa mampu menuliskan pokok-pokok pikiran dan menganalisis pola urutan waktu,
atau kegiatan dalam laporan.
IV. Materi Pokok
Berikut ini
disampaikan pokok-pokok materi mendengarkan laporan.
1.
Teks
laporan
2.
Pokok-pokok
laporan
3.
Analisis
laporan perjalanan
4.
Kalimat
efektif
V. Metode Pembelajaran
1. Pemodelan
2. Tanya jawab
3. Penugasan
4. Diskusi
5. Inkuiri
VI. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan 10’
a. Mengondisikan siswa
b. Siswa diberikan apersepsi tentang
pengalaman menarik sebagai stimulus agar termotivasi untuk bercerita pengalaman
pribadinya.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi 15
a. Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 6 orang
b. Siswa mendengarkan laporan
perjalanan
Elaborasi 55
c. Setiap kelompok
menulis pokok-pokok laporan
d. Dalam kelompok siswa menganalisis
pola urutan waktu atau ruang berdasarkan hasil mendengarkan
e. Setiap kelompok menuliskan analisis laporan dalam bentuk kalimat
singkat.
f. Secara bergiliran wakil dari
masing-masing kelompok menyampaikan
hasil diskusinya, dan kelompok lainnya menilai.
Konfirmasi 10
a. Siswa dan guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
b. Guru
melakukan refleksi dengan menanyakan apa
yang telah dipelajari dan kesulitan yang dihadapi siswa.
Penutup
5
a. Pemberian
reward kepada kelompok terbaik.
b. Guru
menugasi kembali siswa di rumah mendengarkan berita dan mencatat pokok-pokok
berita
VII. Alat dan Sumber Belajar
1. Tape
Recorder
2. DVD/CD
3. Komputer/Lap Top
4. Teks Laporan Perjalanan
VIII.
Penilaian
a.
Teknik : Lisan dan Tulisan
b Bentuk : Uraian
c. Soal :
Indikator
|
Teknik
|
Bentuk
|
Instrumen
|
1.
Menuliskan pokok-pokok laporan dengan kalimat singkat
|
Tes
|
Uraian
|
1. Sebutkan 4 hal pokok dari laporan
perjalanan yang diperdengarkan!
|
2.
Menganalisis pola urutan, waktu, ruang
atau kegiatan dalam laporan
|
Uraian
|
2. Tuliskan hasil analisis laporan perjalanan tersebut dengan memilih pola
urutan yang sesuai dengan
menggunakan ejaan dan
tanda baca yang tepat!
|
Pedoman Penskoran
No.
|
Indkator
|
Skor
|
1.
|
Jika siswa menjawab betul dalam 4 hal pokok
Jika siswa menjawab betul dalam 3 hal pokok
Jika siswa menjawab betul dalam 2 hal pokok
Jika siswa menjawab betul dalam 1 hal pokok
Jika siswa menjawab tetapi salah
|
40
30
20
10
0
|
2.
|
Jika siswa menganalisis laporan dengan pola
urutan tepat sesuai pilihan
Jika siswa menganalisis laporan dengan pola
urutan tidak tepat sesuai pilihan
Jika siswa menganalisis laporan tapi isi
tidak sesuai urutan
|
40
30
20
|
3.
|
Jika terdapat 1-2 kesalahan ejaan dan tanda
baca
Jika terdapat 3-4 kesalahan ejaan dan tanda
baca
Jika terdapat 5-6 kesalahan ejaan dan tanda
baca
Jika terdapat lebih dari 6 kesalahan ejaan
dan tanda baca
|
20
15
10
5
|
Jumlah
|
Penghitungan nilai
akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut:
Nilai Akhir = 1 + 2 = 40 + 60 = 100
Mengetahui, Depok, Juni 2011
Kepala SMPN .......... Guru Mata
Pelajaran
......................................... ..................................................
NIP
NIP
Lampiran 1
Alat dan Bahan Pelajaran
1. Jenis-jenis laporan
dan contoh laporan
Laporan
adalah kegiatan menyampaikan apa yang telah dilaksanakan
Jenis-jenis
laporan:
a.
Laporan perjalanan;
b.
. Laporan kegiatan;
c.
. Laporan pengamatan;
d.
. Laporan wawancara;
e.
. Laporan peristiwa;
f.
Dsb.
2. Pokok-pokok laporan
Terdiri
atas 5W = 1H
a.
Apa yang dilaporkan?
b.
Siapa yang dilaporkan?
c.
Kapan peristiwa/laporan itu dibuat?
d.
Di mana terjadi?
e.
Mengapa?
f.
Bagaimana?
3. Pola urutan laporan
a.
Urutan waktu:
Perjalanan
ke ....
1,
Menjelang pemberangkatan
2.
Saat di perjalanan
3.
Tiba di lokasi
4.
Selama di lokasi
5.
Perjalanan pulang
6.
Tiba di rumah
b.
Urutan ruang
Perjalanan
ke ....
1.
Pemberangkatan dari ruang/sekolah
2.
Di perjalanan
3.
Di lokasi tujuan
4.
Tiba di rumah/sekolah kembali
c.
Urutan kegiatan
Perjalanan
ke ....
1.Menyiakan
bekal
2.
Berkumpul di temapt yang ditentukan
3.
Menikmati perjalanan
4.
Kegiatan di lokasi
5.
Bersiap untu pulang
E. Rangkuman Pembelajaran Mendengarkan
Setelah Anda menguji kebenaran jawaban soal-soal dalam
lembar kerja, silakan tingkatkan kembali
pemahaman terhadap materi pelajaran dengan membaca rangkuman berikut.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)) keterampilan mendengarkan sudah mempunyai posisi yang sama
dengan aspek lainnya seperti berbicara, membaca, dsn menulis. Sedangkan
kebahasaan dan apresiasi sastra dalam pembelajarannya disampaikan melalui empat
keterampilan di atas.
Dalam KTSP di SMP istilah mendengarkan tidaklah digunakan tetapi yang digunakan adalah istilah
mendengarkan. Dalam bahasa istilah mendengarkan maknanya adalah bunyi bahasa yang disengaja tetapi belum dipahami.
Makna kata mendengar adalah
bunyi-bunyian yang terjadi secara kebetulan. Sedangkan menyimak makna yang paling tinggi sudah ada unsur mendengar dan mendengarkan
yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, ditindaklanjuti, diaApresiasi,
dan dievaluasi.
Dalam pembelajaran mendengarkan guru harus memahami
prinsip pembelajarannya yaitu:
1.
Mengidentifikasi
bunyi, kata, frase dan kalimat yang diujarkan.
2. Kemampuan
memahmi pesan dan informasi.
3. Menyeleksi
mana yang penting dan mana yang tidak penting.
4. Mendengarkan
berhubungan erat dengan mengingat.
5. Mendengarkan
memerlukan penahapan.
Selain hal di atas, hal
lain yang tidak kalah penting dalam pembelajaran mendengarkan adalah model
dalam pembelajaran perlu divariasikan oleh guru agar siswa tidak bosan dalam
proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran mendengarkan yaitu:
- Simak
– Tulis
- Simak
– Terka
- Memperluas
kalimat
- Simon
Berkata
- Menyelesaikan
Cerita
- Bisik
Berantai
- Identifikasi
Kata Kunci
- Identifikasi
Kalimat Topik
- Meningkat/Merangkum
- Parafrase
- Menjawab
Pertanyaan.
Selain teknik pembelajaran
mendengarkan, komponen pemilihan bahan
belajar adalah salah satu hal penting dalam pembelajaran mendengarkan.
Adapun prinsip mengenai pemilihan bahan belajar adalah:
1.
Dari
yang mudah ke yang sukar.
2.
Dari
yang dekat ke yang jauh.
3.
Dari
yang sederhana ke yang rumit.
4.
Dari yang diketahui ke yang belum diketahui.
5.
Dari yang kongkrit ke yang abstrak.
Terakhir
, untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran maka guru harus
melakukan evaluasi. Adapun evaluasi dalam pembelajaran mendengarkan adalah:
1. Aspek
Kebahasaan
a. Pemahaman
isi
b.
Kelogisan penafsiran
a. Ketepatan
penangkapan isi
b. Ketahanan
konsentrasi
c. Ketelitian
menangkap dan kemampuan memahami
2. Aspek
Pelaksanaan dan Sikap
a.
Menghormati
b.
Menghargai
c.
Konsentrasi /kesungguhan mendengarkan
d. Kritis
F.
Lembar Kerja Pembelajaran Mendengarkan
Setelah selesai mempelajari materi pelajaran ini, silakan Anda berlatih menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kerja ini.
I. Jawablah
pertanyaan di bawah ini dengan cara menyilang (X) pada salah satu
jawaban yang Anda anggap benar!
1. Mengevaluasi dalam mendengarkan
termasuk ….
a. tahap-tahap
mendengarkan
b. ciri-ciri
penymak yang baik
c. tujuan
mendengarkan
d. jenis
mendengarkan
2. Salah satu prinsip dalam pemilihan bahan ajar
pembelajaran mendengarkan adalah ….
a. bahan
mudah didapat
b. bahan
harus panjang
c. dari
bahan sederhana menuju kepada bahan kajian yang rumit
d. dari
bahan yang sulit agar siswa mempunyai kosakata yang banyak
5. Prinsip-prinsip pembelajaran mendengarkan adalah ….
a. menyeleksi
mana yang penting dan mana yang tidak penting
b. menyeleksi
mana yang mudah dan mana yang tidak mudah
c. menyeleksi
bahan yang sesuai dengan siswa
d. menyeleksi
dari yang mudah ke yang sukar
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
tepat dan singkat!
1. Apa
untungnya bila seorang guru bahasa mengetahui berbagai teknik pengajaran mendengarkan?
2. Bagaimana
cara meningkatkan pengajaran mendengarkan?
3. Uraikan
secara singkat bagaimana cara pelaksanaan teknik pengajaran menyingkat atau merangkum!
4. Bandingkanlah
cara pengajaran mendengarkan dengan
mengidentifikasi kalimat topik dengan mengidentifikasi kata kunci!
5. Jelaskahlah
dengan beberapa contoh pentingnya keterampilan mendengarkan dalam kehidupan
sehari-hari!
Daftar
Pustaka
Akhadiah, Sabarti. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran
Membaca di SD. P3GB. Depdikbud, 1993. (Naskah)
Arif, Zainudin. Androgogi.
Jakarta: Angkasa, 1986.
Arsjad, Maidar G. Macam dan Proses Pengajaran Mendengarkan.
Modul II. Program Penyetaraan D-II Guru SD P3GB, Jakarta, 1990.
Barker
et.al., “An Investigation of Proportional Time Spent in Various Communication
Activities by College Students”, Journal
of Applied Communication Research , 8, 1981.
Boeree, C.
George. Dasar-dasar Psikologi Sosial.
(Diterjemahkan oleh Ivan
Taniputera). Jokjakarta:
Prismasophie, 2006.
Buzan,
Tony. Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat Temuan
Terkini tentang Otak Manusia. (Diterjemahkan oleh Basuki Heri Winarno).
Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002.
Campbell,
Don. Efek Mozart: Memanfaatkan
Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan
Menyehatkan Tubuh. (Diterjemahkan oleh T.Hermaya) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Chaer, Abdul, Pengantar Semantik. Jakarta : Rineka
Cipta, 1993.
Chaniago, Sam Mukhtar. “Analisis Kemampuan Mendengarkan
Siswa SLTP se-Jakarta Timur.” (Hasil
Penelitian). Lembaga Penelitian, Universitas Negeri Jakarta, Desember 2002.
__________. “Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan di
SMK.” Makalah Penataran Guru-Guru SMK
se-DKI Jakarta, di SMKN 27 Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2002.
__________. Strategi Pembelajaran yang Efektif dalam
Proses Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa Bahasa Indonesia. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS IKIP Jakarta, 1989.
__________.”Analisis Kemampuan Mendengarkan Siswa Sekolah
Menengah Umum (SMU) Se-DKI Jakarta” (Hasil Penelitian) Lembaga
Penelitian IKIP Jakarta, 1997.
___________. Peningkatan Keterampilan Mendengarkan
Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Jakarta: Kajian Fungsi dan Peran
Maksimal Lab. Bahasa. (Hasil Penelitian Kajian Teoritis), Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1991.
Hardiono, Sartinah.
Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Depdikbud, Ditjen Dikti, P2LPTK, Jakarta, 1988.
Kencono, Djoko. "Pelajaran Mendengarkan
di Sekolah Menengah.” Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra. Th. I. No.
2, 1975.
Leech,
Geoffrey. Semantik.
(Diterjemahkan oleh Paina Partana).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Littlewood,
William. Communicative Langauge Teaching An Introduction. Cambridge:
Cambridge University Press, 1983.
Montgomery,
Robert L. Pandai Mendengar Kunci Sukses (Diterjemahkan oleh Remianto
Putra). Jakarta: Prasetya Pustaka, 1990.
___________.
Teknik Mendengarkan yang Efektif dalam
Komunikasi. (Diterjemahkan oleh Ny.Rochmulyati H.) Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo, 1993.
Nichols,
Michael P. The Lost Art of Listening. (Diterjemahkan
oleh Th. Huber). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal.
Flores: Nusa Indah, 1986.
Rahmat, Jalaluddin.
Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2002.
Safari. “Evaluasi
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1994”. Makalah Seminar HPBI di Jakarta, Agustus 1994.
Sampurno, Siti Chamdiah dkk. Kemampuan Mendengarkan
Mahasiswa DKI Jakarta. (Hasil Penelitian). Pusat Bahasa, Depdikbud,
1982/1983.
Steinberg, Danny D, Psikolinguistik: Bahasa Akal Budi dan Dunia
(Diterjemahkan oleh Azhar M.
Simin). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa,
1990.
Stine, Jean Marie. Mengoptimalkan Daya Pikir: Meningkatkan Daya Ingat
dengan Mengerahkan Seluruh Kemampuan Otak.
(Diterjemahkan oleh Dian Pramesti Bahar). Tanpa Kota: Delapratasa. 2003.
Su’udi, Astini. Ingatan dan
Bahasa. Semarang : IKIP Semarang
Press. 1980.
Sudjana, Nana. Pengantar
Psikologi. Bandung: Rosdakarya,
1998.
Sujanto, Agus. Psikologi
Umum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Syah, Muhibbin. Psikologi
Pendidikan. Bandung :
Rosdakarya, 1997.
Tarigan, Djago.
Pendidikan Bahasa Indonesia I, Modul. Ditjen
Dikti, Depdikbud, Jakarta, 1990.
__________. Keterampilan
Mendengarkan. Modul 1-6. Jakarta: Karunika, 1986.
Tarigan, Henry Guntur.
Mendengarkan sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, 2008.
Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. Human
Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Buku Pertama. (Diterjemahkan oleh Deddy Mulyana dan
Gembirasari). Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.
Khususnya bab 5,.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Jogyakarta : Andy Offset, 1993.
Yanuardi.
“Pengaruh Pengajaran Matematika Melalui Metode Paket Belajar, Metode
PPSI, dan Jenis Kelamin terjadap Prestasi Belajar Matematika Siswa di SMPN 3
Jakarta dan SMPN 111 Jakarta” Disertasi IKIP Jakarta, 1984.
Yumartati, A. “Beberapa
Teknik Pengajaran Mendengarkan” Majalah
Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bratara, Th. 9 No. 3, September 1988.
BAB III
PENUTUP
Dalam KTSP
pembelajaran mendengarkan harus diajarkan seperti kurikulum sebelumnya. Dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu
atau terintegrasi.
Keberhasilan
pembelajaran mendengarkan dapat berhasil
apabila seorang guru mempunyai kompetensi dalam bidang pengetahuan dan
pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan berhasil atau gagalnya siswa di
sekolah salah satu penyebabnya adalah guru. Ketika proses pembelajaran
dilaksanakan, tentu tidak semua siswa dapat berhasil. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu; kesiapan siswa sebelum mendengarkan (ciri penyimak yang
baik, bahan yang disampaikan, prinsip pembelajaran, teknik pembelajaran, dan
cara mengevaluasinya).
Faktor-faktor di atas dapat
berhasil dengan baik apabila guru mempunyai konsep dan pengetahuan yang
melebihi kurikulum. Selain itu dalam pembelajarannya faktor media adalah hal
yang sangat penting. Dengan menggunakan media yang menarik, maka siswa merasa
bahwa belajar mendengarkan adalah belajar yang mengasyikkan dan belajar bahasa
adalah belajar sambil bermain.
Pembelajaran
mendengarkan akan berhasil apabila guru dapat mengarahkan siswa dalam proses
pembelajaran dengan menemukan sendiri
apa yang telah disiapkan sebelumnya oleh guru yang pada akhirnya hasil
temuan siswa akan dijadikan konsep atau pengetahuan yang dibimbing oleh guru.