Welcome to Indonesia_Various Cultures in Indonesia_Come and Prove!!!!!!

Translate

proposal sesederhana mungkin

SISI GELAP EMANSIPASI DALAM NOVEL AKU LUPA BAHWA AKU PEREMPUAN KARYA IHSAN ABDUL QUDUS SEBUAH PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

LATAR BELAKANG MASALAH
Peran wanita di masa sekarang sudah tidak lagi dikaitkan hanya dengan kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai seorang istri atau ibu saja, namun telah berkembang sedemikian rupa sehingga wanita telah berperan serta dalam setiap segi kehidupan masyarakat. Hal ini tentu patut disambut gembira karena wanita sekarang dapat mengembangkan diri pribadinya dan turut serta menyumbang darmanya kepada masyarakat.
Namun kemajuan ini tidak tanpa masalah, bahkan sering menimbulkan kesulitan ataupun kerugian bagi wanita itu sendiri. Demikian pula dengan peran ganda seorang wanita, yang sebenarnya diharapkan bahkan dituntut oleh masyarakat, mengingat potensi maupun jumlah wanita. Seringkali menyulitkan bilamana tidak dapat diperoleh keseimbangan antara dua peran tersebut yaitu peran dalam keluarga dan peran dalam pekerjaannya. Peran tersebut yang lebih lanjut juga akan merugikan keduanya atau masyarakat.

PERUMUSAN MASALAH
Sudah diungkapkan bahwa emansipasi bukanlah suatu gerakan yang berjalan mulus-mulus saja. Pada dasarnya emansipasi memiliki peran ganda yaitu peran terhadap keluarga dan peran kepada pekerjaannya. Banyak kendala yang dihadapi oleh kaum wanita itu sendiri diantaranya tuntutan emansipasi yang sebenarnya tidak semua wanita tahu hakikat peran emansipasi sehingga tidak adanya keseimbangan yang terjadi dari tuntutannya sehingga tujuan emansipasi itu sendiri tidak berjalan sesuai yang diharapkan sebelumnya. Biasanya terjadi setelah wanita merasa berhasil dengan usahanya( dunia kerjanya)  yang kemudian di sisi lain lalai dengan peran bahwa ia masih memiliki keluarga yang membutuhkan sentuhan kasih sayang. Secara garis besar yang menjadi satu masalah yang akan diteliti adalah ketidak tahuan peran emansipasi seorang wanita yang kemudian menimbulkan ketidakseimbangan dari peran gandanya, dan disaat itu juga yang seharusnya wanita dianggap menjadi kuat malah sebaliknya wanita dalam keadaan lemah.

TUJUAN PENELITIAN
Adapun mengenai tujuan penelitian tidak lain untuk mengetahui sisi emansipasi wanita, yang kedua untuk mengetahui peran emansipasi, dan yang ketiga untuk mengetahui sisi negatif / kerugian dari emansipasi.
Dari tujuan yang pertama yaitu mengetahui sisi emansipasi, kita dapat mengetahui apa sebenarnya emansipasi dari seorang wanita, apa yang ingin ditemukan dalam emansipasi. Tujuan kedua yaitu mengetahui peran emansipasi. Dengan meneliti novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Qudus, penulis dapat menunjukan peran wanita sebagai bentuk emansipasi. Tujuan yang ketiga penulis dapat mengemukakan sebuah kerugian dari emansipasi yang disebabkan tidak pahamnya bahkan tidak tahunya hakikat peran emansipasi yang menitik beratkan peran ganda seorang wanita.

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis dari penelitian dapat menambah wawasan bagi penulis mengenai emansipasi dari berbagai sudut. Bagi pembaca setidaknya tahu batasan arah emansipasi sehingga secara teoritis penulis dan pembaca memiliki pandangan yang sama dalam mengartikan emansipasi yang kemudian dalam membangun emansipasi sesuai dengan arah dan peran wanita yang mempunyai peran ganda setelah mengadakan tuntutan emansipasi.
PENEGASAN ISTILAH
Tidak sedikit wanita (perempuan) menuntut emansipasi yang ternyata di dalam imansipasi itu sendiri terbeslit masalah-masalah pelik yang belum tentu mampu diatasi oleh seorang wanita. Masalah itu timbul karena kurang tahu / belum tahunya mengenai hakikat emansipasi yang dituntut. Dengan adanya penelitian “ Sisi Gelap Emansipasi Dalam Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Qudus Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra” yang menitik beratkan pada dampak negatif dari emansipasi wanita, penulis sekaligus pembaca dapat mengetahui hakikat peran emansipasi yang tidak diimplisitkan sehingga bagi wanita dapat membangun emansipasi bukan menjadi wanita lemah.
METODE PENELITIAN
Penelitian sastra dengan judul “ Sisi Gelap Emansipasi Dalam Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan Karya Ihsan Abdul Qudus Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra” menggunakana sebuah pendekatan sosiologi sastra. Dengan mengambil sumber dari novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Qudus yang menceritakan emansipasi wanita di ranah Mesir.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian antara  lain :
1.      Merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
2.      Mengadakan studi pustaka;
3.      Menformulasikan hipotesis;
4.      Mengumpulkan data;
5.      Menyusun, menganalisa, dan mengintepretasikan;
6.      Membuat generalisasi; dan
7.      Menyusun laporan ilmiah.



LANDASAN TEORI
Mulyana Gundadiputra menyebutkan emansipasi berasal dari kata emansipatus yang berarti bebas dari pengawasan, emansipasi berarti bebas pula dari rintangan, bebas dari pengaruh, bebas dari ikatan (S.C. Utami Munandar: 1985).
Peran emansipasi wanita, disebutkan oleh Ashar Sunyoto Munandar yang pertama yaitu wanita yang melayani adalah kegiatan wanita berpusat pada kegiatan melayani dalam arti kata yang luas. Termasuk disini, mendidik, merewat, mengatur, mengurus untuk dinikmati oleh orang lain atau untuk dinikmati bersama-sama dengan orang lain. Wanita menjadi sumber yang dapat membahagiakan orang lain. Sebagai istri ia menjadi pengasuh, pendidik anak, pengatur, pengurus rumah tangga dan memberi pelayanan yang menyenangkan kepada suaminya. Ia sebagian besar dari waktunya berada di rumah. Yang  kedua wanita yang bekerja yaitu masih dalam kegiatan  melayani, melakukan kegiatan yang memberikan penghasilan. Sebagai istri wanita masih berperan sebagai wanita ditambah dengan ikut mencari penghasilan untuk keperluan keluarga.
 Dibandingkan dengan wanita yang melayani maka wanita yang bekerja mempunyai kesibukan yang lebih banyak. Mungkin saja terjadi bahwa karena kesibukannya dengan pekerjaannya maka perannya sebagai pendidik anak atau isteri yang memberikan pelayanan kepada suami kurang dapat ia penuhi. dan yang ketiga wanita yang mandiri. Tipe wanita ini menekankan pada kemandiriannya sebagai wanita, wanita bekerja, melakukan pekerjaan yang memberikan penghasilan uang yang dapat ia putuskan sendiri penggunaanya. Sebagai istri ia tidak “memonopoli” pendidikan dan perawatan anak. Perawatan dan pendidikan anak, pekerjaan rumah tangga, diatur bersama dengan suami berdasarkan suatu kesepakatan bersama. Ia melayani suaminya sebagaimana ia harapkan suaminya melayaninya. Suami istri merupakan partner yang duduk sama rendah, dan berdiri sama tinggi ( S.C. Utami Munandar: 1985).
Dampak negatif emansipasi Yuamil Agoes Achir menyebutkan beberapa kerugian yang dihadapi oleh emansipasi wanita yaitu 1) waktu yang terlalu sempit hingga wanita bekerja sering tertekan jiwanya, dikejar oleh keinginan untuk memerankan tugas gandanya sesempurna mungkin. Hal ke 2) adalah pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh bekerjanya seorang ibu terhadap perkembangan dan pertumbuhan putra-putrinya. Dianggap bahwa seringnya anak harus berpisah dengan ibunya karena ibu adalah wanita karya akan menimbulkan suatu “emotional deprivation” pada anak dan akan mengakibatkan terganggunya proses sosialisasi anak dan kehidupan emosionalnya. Masih dalam kaitannya dengan pengasuhan anak dapat disimpulkan kerugian lain yaitu bahwa ibu yang bekerja mudah dihinggapi rasa diri bersalah berdasarkan anggapan bahwa perannya sebagai wanita berkarya  telah mengurangi perannya sebagai ibu. Kerugian ke 3 adalah dalam kaitannya dengan kehidupan suami-isteri. Diperkirakan, dan kadang-kadang memang terbukti bahwa dengan bekerja istri, maka suami merasa status sosialnya merosot. Suami khawatir akan terjadi pertukaran peran dalam keluarga yang akibatnya akan menurunkan harga dirinya (S.C. Utami Munandar: 1985).
Sedangkan pendekatan sosiologi sastra menurut Hartoko penafsiran teks secara sosiologis adalah menganalisis gambaran tentan dunia dan masyarakat dalam sebuah teks sastra, sejauh mana gambaran itu serasi atau menyimpang dari kenyataan ( Rediyanto Noor: 2007).






SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika Laporan Skripsi
Halaman Judul
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Absrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Penelitian
C.     Tujuan Penelitian
D.    Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Dan Jenis Penelitian
B.     Sumber Data
C.     Pengumpulan Data
D.    Analisis Data
E.     Validitas
F.      Tahap-Tahap Penelitian
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Qudus, Ihsan. 2005. Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan. Jakarta: Alfia  
Books.
Convention Watch, Pusat Kajian Wanita Dan Gender Universitas Indonesia Dan
Yayasan Obor Indonesia. 2007. Hak Asasi Perempuan, Instrument Hokum Untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Instruksi Presiden Nomor 09 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender
Dalam Pembangunan Nasional.
Koderi, Muhammad. 1999. Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara. Jakarta:
Gema Insani.
Maman, Rahman, M.Sc. 1993. Strategi Dan Langkah-Langkah Penelitian
Pendidikan. Semarang: Ikip Semarang Press.
Mulyadi, Eli. 2004. Muslimah At Work, Strategi Sukses Pribadi Dan Karir.
Tangerang: Qultum Media.
Nor, Rudiyanto. 2007. Pengantar Pengkajian Sastra. Jakarta: Fasindo.
Utami, Munandar. S.C. 1985. Emansipasi Dan Peran Ganda Wanita Indonesia
Suatu Pendekatan Psikologis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Yasni, Maisar. 2001. Wanita Karier Dalam Pembicaraan. Jakarta: Gema Insane.


proposal sederhana


A.    JUDUL SKRIPSI
HETERONIMIA SEBAGAI BUAH PIKIR RETORIKA
B.     LATAR  BELAKANG
Konsep mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah memiliki kimahiran berkomunikasi di depan umum. Salah satunya harus mahir berbahasa sebagai bahan pendukung berkomunikasi. Penggunaan bahasa yang kurang tepat menjadi penyebab turunnya kredibilitas seorang pemimpin di hadapan masyarakat.
Retorika merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa sebagai pendukung komunikasi. Tidak sedikit orang mengetahui retorika sebagai ujung tombak berkomunikasi, tidak sedikit pula yang kurang mengerti bahkan tidak tahu fungsi retorika.
Fuad Hassan seorang pemikir asal Semarang yang dahulu pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-18 sudah tidak asing lagi mendengar bahkan membaca sambutan sambutan yang telah di lontarkan. Heteronimia merupakan buku kumpulan sambutan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-18 yang tidak sedikit berisikan retorika.
Retorika berasal dari bahasa Yunani rhetor, bahasa Inggris orator, yang berarti mahir berbicara dihadapan umum (Wahyono, 1989: 40). Oleh Arsjad (1988: 4-5) bahwa pengertian retorika berdasarkan kaum sofis adalah kepandaian memainkan ulasan, kefasihan berbahasa, pandai memanfaatkan emosi penganggap tutur, keseluruhan tutur harus ditujukan untuk mencapai kemenangan. Jadi kemenanganlah yang menjadi tujuan akhir. Aristoteles memberi pengertian retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuasi dan objektif suatu kasus. Oleh Plato retorik adalah seni bertutur untuk membeberkan kebenaran.
Melalui sambutan yang terangkum dalam Heteronimia, apakah dapat diketaui atau tidak mengenai fungsi retorika. Dalam hal ini Aristoteles mengemukakan 4 fungsi retorika yaitu ; 1) menuntut orang mengambil keputusan dalam menghadapi berbagai kemungkinan memecahkan suatu kasus. 2) membimbing orang memahami kondisi kejiwaan penanggap tutur. 3) memimpin orang menganalisis kasus secara sistematis objektif untuk menemukan secara persuasif yang efektif untuk menyakinkan orang.  4) mengerjarkan cara-cara yang efektif untuk mempertahankan gagasan.
Ada beberapa hal yang termasuk bidang garapan tertorika. 1) memilih corak bahasa, masing-masing corak bahasa mempunyai bidang pemakaian sendiri-sendiri, 2) memilih materi bahasa, kata, ungkapan, istilah, 3) menata materi bahasa, 4) memilih gaya bahasa.
Heteronimia menarik perhatian untuk dianalisis sebagai sebuah kajian retorika karena di dalamnya berisi tentang penggunaan bahasa dalam berkomunikasi khususnya dalam berpidato. Apakah sudah mencakup kajian retorika atau hanya sekedar sambutan biasa.

C.     RUMUSAN MASALAH
Beranjak dari uraian latar belakang dapat ditentukan rumusan permasalahan sebagai berikut.
Apakah Heteronimia sudah mencakup kajian retorika atau hanya sekedar sambutan biasa ?
D.    TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masahal yang telah ditentukan maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan heteronimia sebagai buah pikir retorika dalam pidato sambutan Fuad Hassan.


E.     MANFAAT PENELITIAN
Dalam penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1.      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat diperguanakn sebagai sumbangan perbendaharaan penelitian bahasa, terutama penelitian terhadap kajian retorika.
2.      Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam memahami dan menafsirkan keterampilan berbahasa pada umumnya dan berbagai sambutan Fuad Hassan pada khususnya.


F.      PENEGASAN ISTILAH
Agar tidak mengalami pembengkakan masalah maka diberikan batasan arti dan istilah yang tertuang pada judul. Dengan demikian dapat sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1.      Heteronimia Sambutan Prof. Dr. Fuad Hassan
Heteronimia beranjak dari kata heterogen yang artinya berbeda. Heteronimia berisikan pidato sambutan Drs Fuad Hassan seorang pemikir asal Semarang yang dahulu pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-18,  sudah tidak asing lagi mendengar bahkan membaca sambutan sambutan yang telah di lontarkan. Heteronimia merupakan buku kumpulan sambutan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-18 yang tidak sedikit berisikan retorika.
2.      Retorika
Retorika berasal dari bahasa Yunani rhetor, bahasa Inggris orator, yang berarti mahir berbicara dihadapan umum (Wahyono, 1989: 40). Oleh Arsjad (1988: 4-5) bahwa pengertian retorika berdasarkan kaum sofis adalah kepandaian memainkan ulasan, kefasihan berbahasa, pandai memanfaatkan emosi penganggap tutur, keseluruhan tutur harus ditujukan untuk mencapai kemenangan. Jadi kemenanganlah yang menjadi tujuan akhir. Aristoteles memberi pengertian retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan secara persuasi dan objektif suatu kasus. Oleh Plato retorik adalah seni bertutur untuk membeberkan kebenaran.
Melalui sambutan yang terangkum dalam Heteronimia, apakah dapat diketaui atau tidak mengenai fungsi retorika. Dalam hal ini Aristoteles mengemukakan 4 fungsi retorika yaitu ; 1) menuntut orang mengambil keputusan dalam menghadapi berbagai kemungkinan memecahkan suatu kasus. 2) membimbing orang memahami kondisi kejiwaan penanggap tutur. 3) memimpin orang menganalisis kasus secara sistematis objektif untuk menemukan secara persuasif yang efektif untuk menyakinkan orang.  4) mengerjarkan cara-cara yang efektif untuk mempertahankan gagasan.
Ada beberapa hal yang termasuk bidang garapan tertorika. 1) memilih corak bahasa, masing-masing corak bahasa mempunyai bidang pemakaian sendiri-sendiri, 2) memilih materi bahasa, kata, ungkapan, istilah, 3) menata materi bahasa, 4) memilih gaya bahasa.

G.    METODE PENELITIAN
1.      Teknik pengumpulan data
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian dengan menggunakan metode kualitatif . metode ini digunakan karena data diperoleh berupa kata-kata yaitu sambutan Prof. Dr. Fuad Hassan dalam Heteronimia.
Data diperoleh melalui pembacaan dan pencatatan sampel yang berkaitan dengan kajian retorika. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga pemahaman mengenai retorika sebagai keterampilan berbahasa dapat terlihat secara deskripsi
2.      Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan menggunakan pendekatan kajian retorika sebagai bagian keterampilan bahasa. Dengan demikian jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitaif.
Jenis penelitian deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata. Sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.
Metode studi pustaka dengan teknik pencatatan digunakan untuk menfsirkan data yang diperoleh.
3.      Populasi dan Sampel
Populasi dapat diartikan sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006: 56) tujuannya adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek dengan mengamati sebagian saja dari populasi. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah teknik non random sampling. Sampel yang digunakan adalah kumpulan sambutan pidato dalam Heteronimia.











DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, 1988.
Hassan, Fuad, 1993. Heteronimia, Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya
Semi, Atar, 1993, Metode Penelitian Sastra, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sugiyono, Prof, DR, 2006, Statistika Untuk penelitian, Bandung : CV. Alfabeta
Wahyono, 1989


langkah-langkah penelitian ilmiah

BAB 1
Di dalam usaha pengembangan pendidikan, secara konseptual, pemikiran teoritis, dapat dibedakan ke dalam tiga aspek (T. Raka Joni, 1983 : 21) berikut ini.
1.      Aspek yang berhubungan dengan isi sistem pengajaran,  baik yang bersifat substantif konvensional, maupun yang lebih bersifat proses. Aspek isi sistem pengajaran dapat mengambil tiga bentuk, yaitu (a) konsep yang harus dipelajari, (b) keterampilan yang harus dikuasai, dan (c) perubahan-perubahan diri yang terjadi akibat pengalaman belajar.
2.      Aspek yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan keterpakaian pembaharuan. Sistem penyampaian dan keterpakaian ini di dalamnya termasuk akseptabilitas pembaharuan maupun kecocokannya dengan sistem yang ada. Dalam hal ini perlu diingat, bahwa semakin tinggi derajat penolakan pemakaian pelaksana terhadap pembaharuan karena semakin radikal ia berbeda dari sistem yang ada, semakin sulit ia dapat diwujudkan.
3.      Aspek yang berhubungan dengan efek pembaharuan, dalam arti apa yang terjadi, atau seharusnya terjadi, sebagai akibat pembaharuan yang dikembangkan. Masalahnya akan semakin kompleks, bila sasaran dan akibat pembaharuan adalah kelompok di dalam suatu sistem peranan, dibanding apabila sasaran dan akibat pembaharuan adalah individual.

Keterpaduan ilmu dan penelitian telah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin memilahkan antara tugas-tugas ilmu dan tugas-tugas penelitian. Keterpaduan yang demikian erat antara keduanya akan selalu terlihat di mana-mana. Tugas-tugas ilmu dan penelitian secara garis besar dapat disebutkan sebagai beikut :
1.      Mengadakan deskripsi, yaitu memerikan atau melukiskan keadaan,
2.      Mengadakan eksplanasi, yaitu menerangkan ( pemberian penjelasan) kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa.
3.      Menyusun teori-teori ilmiah, yaitu mencari hukum-hukum atau tata-tata mengenai hubungan antara kondisi dan peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi.

Semua ilmu yang mengandung aspek terapan, seperti ilmu hukum, teknik, kedokteran, bahasa dan sebagainya, mengemban tugas tersebut. Sampai seberapa jauh tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan, akan tergantung kepada perkembangan masing-masing.
Motivasi utama dilaksanakannya penelitian adalah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Terdapat dua kategori besar tujuan diperolehnya kebenaran ilmiah : ( 1) tujuan ilmiah ( scientifec objective) dan ( 2 ) tujuan praktikal                  (practical objective). Yang pertama bermaksud untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dengan teori teori baru yang lebih sahih dan terkendalikan, sedang yang kedua bermaksud untuk memecahkan problema-problema praktis yang mendesak. Akan tetapi walaupun ada dua kategori tujuan tersebut, itu tidak ada suatu yang lebih praktis dari pada teori-teori yang mengandung generalisasi yang seluas-luasnya. Dalam pada itu betapa pun mendesaknya segi praktis, namun atribut hakiki suatu penelitian adalah tetap mengungkapkan kebenaran ilmiah.

Ilmu merupakan deskripsi data pengalaman secara lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam rumusan yang sesederhana mungkin.

Sifat ilmiah di dalam ilmu dapat diwujudkan apabila ilmu itu mempunyai objek, mempunyai metode, sistematika dan bersifat universal atau umum.
Adapun langkah-langkah mencari kebenaran melalui penelitian, secara umum adalah sebagai berikut ini.
1.      Merumuskan pembatasan masalah serta tujuan penelitian.
2.      Merangkai dan menetapkan kerangka teori sebagai titik tolak pemikiran
3.      Merumuskan kerangka konsep sebagai gambaran umum kemungkinan pemecahan masalah.
4.      Merumuskan hipotesis sebagai dugaan pemecahan yang bersifat sementara berdasarkan kerangka konsep.
5.      Memilih dan menetapkan metode atau cara kerja.
6.      Mengumpulkan dan mengolah atau menganalisis data.
7.      Menguji hipotisis untuk merumuskan kesimpulan, diiringi dengan penjabaran dan implementasi hasil penelitian.
8.      Mempublikasikan hasil penelitian ( Hadari Nawawi, 1983 : 23)

Ada beberapa kegunaan teori dalam perkembangan ilmu. Pertama, teori meringkas dan menyusun pengetahuan yang ada dalam suatu bidang tertentu. Kedua, teori menjelaskan dan memberi arti kepada hasil penyelidikan empiris yang telah dilakukan sebelumnya dan masih terpisah. Ketiga, teori memberi keterangan sementara mengenai peristiwa-peristiwa dan hubungan-hubungan yang diamati. Keempat, teori mampu merangsang perkembangan pengetahuan baru dengan jalan memberikan bimbingan kearah penelitian selanjutnya.
Agar teori bermanfaat dalam bidang ilmu, suatu teori harus memenuhi kriteria tertentu. Berikut ini beberapa ciri suatu teori yang baik.
1.      Teori harus dapat menerangkan fakta hasil pengamatan yang ada hubungannya dengan suatu masalah.
2.      Teori harus konsisten dengan fakta yang diamati dan dengan kerangka pengetahuan yang sudah mapan.
3.      Teori harus memberikan cara pembuktian kebenarannya.
4.      Teori harus merangsang penemuan baru dan menunjukkan bidang baru yang perlu diteliti. 


BAB II
A. Penelitian Pendidikan Dan Bahasa Penelitian
           Penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan orang untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai proses pendidikan.
Para ilmuwan memerlukan istilah-istilah tingkat empiris untuk menggambarkan pengamatan tertentu. Mereka juga memerlukan istilah-istilah tingkat teoritis dalam membicarakan proses-proses hipotesis yang mungkin tidak dapat diamati langsung. Istilah-istilah yang dipakai para ilmuwan pada tingkat deskriptif maupun tingkat teoritis di beri nama konsep atau pengertian (concept) dan bangunan pengertian ( construct ). Pengertian atau konsep adalah suatu abstraksi dari kejadian-kejadian yang diamati. Pengertian adalah kata yang mewakili persamaan atau segi umum dari objek atau kejadian yang amat berbeda satu sama lain ( Ary, 1972 ).

Memahami bangunan pengertian dapat dilakukan dengan cara menggabungkan konsep-konsep dan bangunan-bangunan pengertian sederhana dalam pola tertentu. Bangunan pengertian dibentuk untuk meringkas pengamatan dan memberikan penjelasan. Semakin jauh pengertian dan bagunan pengertian seseorang dari fakta atau gejala empiris yang diwakilinya, semakin besar pula kemungkinan terjadi kesalahfahaman dan semakin besar pula pengertian tersebut (Ary, 1972 ).

Didalam hal ini Tyler menyebutkan delapan wajah yang merupakan peta konseptual pendidikan, yaitu :
1.      Mata pelajaran
2.      Pelajar ( kegiatan dan intelegensi mereka)
3.      Cara mengajar
4.      Guru
5.      Sekolah sebagai lembaga sosial
6.      Lingkungan rumah
7.      Lingkungan kawan sebaya ( peer group)
8.      Linngkungan masyarakat ( community)

Jenis Jenis Penelitian
Penggolongan jenis-jenis penelitian seperti di bawah ini tidak selalu dapat diikuti oleh semua orang. Kecuali adanya kerancuan antara penggolongan yang satu dengan penggolongan yang lain, penggolongan ini juga tergantung kepada kriteria. Keseragaman dasar tinjauan penggolongan belumlah tercapai. Secara umum dapat dikemukakan jenis-jenis penggolongan penelitian berikut ini .
1.      Penggolongan menurut bidangnya: penelitian pendidikan, penelitian sejarah, penelitian ilmu teknik, penelitian biologi, penelitian ekonomi, dan sebagainya.
2.      Penggolongan menurut tempatnya: penelitian laboratorium, penelitian perpustakaan, dan penelitian kancah.
3.      Penggolongan menurut pemakaiannya : penelitian murni ( pure research) dan penelitian terpakai ( applied research)
4.      Penggolongan menurut tujuan umumnya : penelitian eksploratif, penelitian perkembangan, dan penelitian verifikatif.
5.      Penggolongan menurut tarafnya : penelitian deskriptif dan penelitian inferensial.
6.      Penggolongan menurut pendekatannya : penelitian longitudinal dan penelitian cross-sectional (Sutrisno Hadi, 1980 : 3-4)
Sedangkan penggolongan lain berdasarkan atas sifat-sifat masalahnya, penelitian dapat digolongkan menjadi sembilan macam kategori, yaitu :
1.      Penelitian historis
2.      Penelitian deskriptif
3.      Penelitian perkembangan
4.      Penelitian kasus dan penelitian lapangan
5.      Penelitian koreksional
6.      Penelitian kausal-komparatif
7.      Penelitian eksperimental sungguhan
8.      Penelitian eksperimental semu
9.      Penelitian tindakan ( Depdikbud, 1983/1984 : 8)
Jenis-jenis penelitian pendidikan tidak berbeda dengan jenis-jenis penelitian di luar pendidikan. Dengan kata lain jenis-jenis penelitian pada bidang-bidang di luar pendidikan dapat diterapkan pada bidang pendidikan. Yang membedakan jenis-jenis penelitian di bidang lain adalah sasaran pengamatannya. Pengamatan penelitian pendidikan adalah pendidikan itu sendiri.


BAB III
Setelah disederhanakan, langkah-langkan yang lazim ditempuh atau dijumpai, yaitu : (1) perumusan permasalahan, (2) penelahan pustaka, (3) pengajuan hipotesis, (4) penentuan variabel, (5) penyusunan rancangan penelitian, (6) penentuan populasi dan sampel, (7) pengumpulan data, (8) penarikan kesimpulan, dan ( 9) penyiapan laporan ( Sutrisno Hadi, 1981 ; Depdikbud, 1984).

 Permasalahan dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang menunjukan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan, antara aspirasi dan kenyataan, antara harapan dan capaian, antara das sollen dan das sein.

Meskipun tidak ada kaidah yang pasti untuk menemukan suatu masalah, ada beberapa saran yang terbukti bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber masalah yaitu antara lain :
1.      Pengalaman pribadi
2.      Deduksi dari teori
3.      Bacaan terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
4.      Pengamatan sepintas
5.      Seninar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah
6.      Perasaan intuitif
7.      Pernyataan pemegang otoritas.

Pada dasarnya evaluasi dapat dilakukan dari dua arah, yaitu dari arah masalahnya dan dari arah calon peneliti ( Sutrisno Hadi, 1981 ; Depdikbud, 1984).

Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah, namun dapat disarankan hal-hal berikut ini :  
1.      Disarankan agar masalah itu sebaiknya diajukan dalam bentuk pertanyaan
2.      Menerangkan dengan jelas apa yang akan diterapkan atau dipecahkan
3.      Membatasi ruang lingkup studi pada suatu persoalan
4.      Mengemukakan perumusan begitu rupa sehingga penelitian terhadap persoalan tersebut dapat dilakukan
5.      Menghindari perumusan persoalan yang bersifat folosofi dan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai-nilai atau pertimbangan yang tidak dapat dijawab dengan penyelidikan ilmiah( Donald Ary, 1972; Sutrisno Hadi, 1981; Dekdikbud, 1984).

Telaah pustaka dimaksudkan untuk menentukan teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi untuk dijadikan landasan, teori bagi yang akan dilakukan.
Berikut ini disajikan beberapa saran dalam langkah telaah pustaka :
1.      Mulailah dengan studi-studi di bidang anda yang paling mutakhir yang dimuat dalam terbitan-terbitan terbaru dan kemudian bekerjalah mundur ke terbitan-terbitan sebelumnya.