Welcome to Indonesia_Various Cultures in Indonesia_Come and Prove!!!!!!

Translate

langkah-langkah penelitian ilmiah

BAB 1
Di dalam usaha pengembangan pendidikan, secara konseptual, pemikiran teoritis, dapat dibedakan ke dalam tiga aspek (T. Raka Joni, 1983 : 21) berikut ini.
1.      Aspek yang berhubungan dengan isi sistem pengajaran,  baik yang bersifat substantif konvensional, maupun yang lebih bersifat proses. Aspek isi sistem pengajaran dapat mengambil tiga bentuk, yaitu (a) konsep yang harus dipelajari, (b) keterampilan yang harus dikuasai, dan (c) perubahan-perubahan diri yang terjadi akibat pengalaman belajar.
2.      Aspek yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan keterpakaian pembaharuan. Sistem penyampaian dan keterpakaian ini di dalamnya termasuk akseptabilitas pembaharuan maupun kecocokannya dengan sistem yang ada. Dalam hal ini perlu diingat, bahwa semakin tinggi derajat penolakan pemakaian pelaksana terhadap pembaharuan karena semakin radikal ia berbeda dari sistem yang ada, semakin sulit ia dapat diwujudkan.
3.      Aspek yang berhubungan dengan efek pembaharuan, dalam arti apa yang terjadi, atau seharusnya terjadi, sebagai akibat pembaharuan yang dikembangkan. Masalahnya akan semakin kompleks, bila sasaran dan akibat pembaharuan adalah kelompok di dalam suatu sistem peranan, dibanding apabila sasaran dan akibat pembaharuan adalah individual.

Keterpaduan ilmu dan penelitian telah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin memilahkan antara tugas-tugas ilmu dan tugas-tugas penelitian. Keterpaduan yang demikian erat antara keduanya akan selalu terlihat di mana-mana. Tugas-tugas ilmu dan penelitian secara garis besar dapat disebutkan sebagai beikut :
1.      Mengadakan deskripsi, yaitu memerikan atau melukiskan keadaan,
2.      Mengadakan eksplanasi, yaitu menerangkan ( pemberian penjelasan) kondisi-kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa.
3.      Menyusun teori-teori ilmiah, yaitu mencari hukum-hukum atau tata-tata mengenai hubungan antara kondisi dan peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi.

Semua ilmu yang mengandung aspek terapan, seperti ilmu hukum, teknik, kedokteran, bahasa dan sebagainya, mengemban tugas tersebut. Sampai seberapa jauh tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan, akan tergantung kepada perkembangan masing-masing.
Motivasi utama dilaksanakannya penelitian adalah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Terdapat dua kategori besar tujuan diperolehnya kebenaran ilmiah : ( 1) tujuan ilmiah ( scientifec objective) dan ( 2 ) tujuan praktikal                  (practical objective). Yang pertama bermaksud untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dengan teori teori baru yang lebih sahih dan terkendalikan, sedang yang kedua bermaksud untuk memecahkan problema-problema praktis yang mendesak. Akan tetapi walaupun ada dua kategori tujuan tersebut, itu tidak ada suatu yang lebih praktis dari pada teori-teori yang mengandung generalisasi yang seluas-luasnya. Dalam pada itu betapa pun mendesaknya segi praktis, namun atribut hakiki suatu penelitian adalah tetap mengungkapkan kebenaran ilmiah.

Ilmu merupakan deskripsi data pengalaman secara lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam rumusan yang sesederhana mungkin.

Sifat ilmiah di dalam ilmu dapat diwujudkan apabila ilmu itu mempunyai objek, mempunyai metode, sistematika dan bersifat universal atau umum.
Adapun langkah-langkah mencari kebenaran melalui penelitian, secara umum adalah sebagai berikut ini.
1.      Merumuskan pembatasan masalah serta tujuan penelitian.
2.      Merangkai dan menetapkan kerangka teori sebagai titik tolak pemikiran
3.      Merumuskan kerangka konsep sebagai gambaran umum kemungkinan pemecahan masalah.
4.      Merumuskan hipotesis sebagai dugaan pemecahan yang bersifat sementara berdasarkan kerangka konsep.
5.      Memilih dan menetapkan metode atau cara kerja.
6.      Mengumpulkan dan mengolah atau menganalisis data.
7.      Menguji hipotisis untuk merumuskan kesimpulan, diiringi dengan penjabaran dan implementasi hasil penelitian.
8.      Mempublikasikan hasil penelitian ( Hadari Nawawi, 1983 : 23)

Ada beberapa kegunaan teori dalam perkembangan ilmu. Pertama, teori meringkas dan menyusun pengetahuan yang ada dalam suatu bidang tertentu. Kedua, teori menjelaskan dan memberi arti kepada hasil penyelidikan empiris yang telah dilakukan sebelumnya dan masih terpisah. Ketiga, teori memberi keterangan sementara mengenai peristiwa-peristiwa dan hubungan-hubungan yang diamati. Keempat, teori mampu merangsang perkembangan pengetahuan baru dengan jalan memberikan bimbingan kearah penelitian selanjutnya.
Agar teori bermanfaat dalam bidang ilmu, suatu teori harus memenuhi kriteria tertentu. Berikut ini beberapa ciri suatu teori yang baik.
1.      Teori harus dapat menerangkan fakta hasil pengamatan yang ada hubungannya dengan suatu masalah.
2.      Teori harus konsisten dengan fakta yang diamati dan dengan kerangka pengetahuan yang sudah mapan.
3.      Teori harus memberikan cara pembuktian kebenarannya.
4.      Teori harus merangsang penemuan baru dan menunjukkan bidang baru yang perlu diteliti. 


BAB II
A. Penelitian Pendidikan Dan Bahasa Penelitian
           Penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan orang untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai proses pendidikan.
Para ilmuwan memerlukan istilah-istilah tingkat empiris untuk menggambarkan pengamatan tertentu. Mereka juga memerlukan istilah-istilah tingkat teoritis dalam membicarakan proses-proses hipotesis yang mungkin tidak dapat diamati langsung. Istilah-istilah yang dipakai para ilmuwan pada tingkat deskriptif maupun tingkat teoritis di beri nama konsep atau pengertian (concept) dan bangunan pengertian ( construct ). Pengertian atau konsep adalah suatu abstraksi dari kejadian-kejadian yang diamati. Pengertian adalah kata yang mewakili persamaan atau segi umum dari objek atau kejadian yang amat berbeda satu sama lain ( Ary, 1972 ).

Memahami bangunan pengertian dapat dilakukan dengan cara menggabungkan konsep-konsep dan bangunan-bangunan pengertian sederhana dalam pola tertentu. Bangunan pengertian dibentuk untuk meringkas pengamatan dan memberikan penjelasan. Semakin jauh pengertian dan bagunan pengertian seseorang dari fakta atau gejala empiris yang diwakilinya, semakin besar pula kemungkinan terjadi kesalahfahaman dan semakin besar pula pengertian tersebut (Ary, 1972 ).

Didalam hal ini Tyler menyebutkan delapan wajah yang merupakan peta konseptual pendidikan, yaitu :
1.      Mata pelajaran
2.      Pelajar ( kegiatan dan intelegensi mereka)
3.      Cara mengajar
4.      Guru
5.      Sekolah sebagai lembaga sosial
6.      Lingkungan rumah
7.      Lingkungan kawan sebaya ( peer group)
8.      Linngkungan masyarakat ( community)

Jenis Jenis Penelitian
Penggolongan jenis-jenis penelitian seperti di bawah ini tidak selalu dapat diikuti oleh semua orang. Kecuali adanya kerancuan antara penggolongan yang satu dengan penggolongan yang lain, penggolongan ini juga tergantung kepada kriteria. Keseragaman dasar tinjauan penggolongan belumlah tercapai. Secara umum dapat dikemukakan jenis-jenis penggolongan penelitian berikut ini .
1.      Penggolongan menurut bidangnya: penelitian pendidikan, penelitian sejarah, penelitian ilmu teknik, penelitian biologi, penelitian ekonomi, dan sebagainya.
2.      Penggolongan menurut tempatnya: penelitian laboratorium, penelitian perpustakaan, dan penelitian kancah.
3.      Penggolongan menurut pemakaiannya : penelitian murni ( pure research) dan penelitian terpakai ( applied research)
4.      Penggolongan menurut tujuan umumnya : penelitian eksploratif, penelitian perkembangan, dan penelitian verifikatif.
5.      Penggolongan menurut tarafnya : penelitian deskriptif dan penelitian inferensial.
6.      Penggolongan menurut pendekatannya : penelitian longitudinal dan penelitian cross-sectional (Sutrisno Hadi, 1980 : 3-4)
Sedangkan penggolongan lain berdasarkan atas sifat-sifat masalahnya, penelitian dapat digolongkan menjadi sembilan macam kategori, yaitu :
1.      Penelitian historis
2.      Penelitian deskriptif
3.      Penelitian perkembangan
4.      Penelitian kasus dan penelitian lapangan
5.      Penelitian koreksional
6.      Penelitian kausal-komparatif
7.      Penelitian eksperimental sungguhan
8.      Penelitian eksperimental semu
9.      Penelitian tindakan ( Depdikbud, 1983/1984 : 8)
Jenis-jenis penelitian pendidikan tidak berbeda dengan jenis-jenis penelitian di luar pendidikan. Dengan kata lain jenis-jenis penelitian pada bidang-bidang di luar pendidikan dapat diterapkan pada bidang pendidikan. Yang membedakan jenis-jenis penelitian di bidang lain adalah sasaran pengamatannya. Pengamatan penelitian pendidikan adalah pendidikan itu sendiri.


BAB III
Setelah disederhanakan, langkah-langkan yang lazim ditempuh atau dijumpai, yaitu : (1) perumusan permasalahan, (2) penelahan pustaka, (3) pengajuan hipotesis, (4) penentuan variabel, (5) penyusunan rancangan penelitian, (6) penentuan populasi dan sampel, (7) pengumpulan data, (8) penarikan kesimpulan, dan ( 9) penyiapan laporan ( Sutrisno Hadi, 1981 ; Depdikbud, 1984).

 Permasalahan dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang menunjukan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan, antara aspirasi dan kenyataan, antara harapan dan capaian, antara das sollen dan das sein.

Meskipun tidak ada kaidah yang pasti untuk menemukan suatu masalah, ada beberapa saran yang terbukti bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber masalah yaitu antara lain :
1.      Pengalaman pribadi
2.      Deduksi dari teori
3.      Bacaan terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
4.      Pengamatan sepintas
5.      Seninar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah
6.      Perasaan intuitif
7.      Pernyataan pemegang otoritas.

Pada dasarnya evaluasi dapat dilakukan dari dua arah, yaitu dari arah masalahnya dan dari arah calon peneliti ( Sutrisno Hadi, 1981 ; Depdikbud, 1984).

Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah, namun dapat disarankan hal-hal berikut ini :  
1.      Disarankan agar masalah itu sebaiknya diajukan dalam bentuk pertanyaan
2.      Menerangkan dengan jelas apa yang akan diterapkan atau dipecahkan
3.      Membatasi ruang lingkup studi pada suatu persoalan
4.      Mengemukakan perumusan begitu rupa sehingga penelitian terhadap persoalan tersebut dapat dilakukan
5.      Menghindari perumusan persoalan yang bersifat folosofi dan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai-nilai atau pertimbangan yang tidak dapat dijawab dengan penyelidikan ilmiah( Donald Ary, 1972; Sutrisno Hadi, 1981; Dekdikbud, 1984).

Telaah pustaka dimaksudkan untuk menentukan teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi untuk dijadikan landasan, teori bagi yang akan dilakukan.
Berikut ini disajikan beberapa saran dalam langkah telaah pustaka :
1.      Mulailah dengan studi-studi di bidang anda yang paling mutakhir yang dimuat dalam terbitan-terbitan terbaru dan kemudian bekerjalah mundur ke terbitan-terbitan sebelumnya.