MATERI
Kompetensi Dasar: 7.2 MENYUSUN SINOPSIS NOVEL REMAJA
Kamu tentu sering membaca novel remaja, bahkan mungkin sering pula
mendiskusikan novel itu dengan teman-temanmu. Membaca novel membutuhkan waktu yang
relatif lama karena novel biasanya terdiri atas berlembar-lembar halaman. Salah
satu cara paling cepat untuk dapat mengetahui isi sebuah novel adalah dengan
membaca sinopsisnya. Memang sinopsis hanya mencantumkan garis besar cerita,
tidak sampai pada rinciannya. Akan tetapi, dengan sinopsis kalian punya bekal
cukup untuk ikut berdiskusi dengan teman-teman yang telah membaca novel yang
sama. Dalam pembelajaran berikut, kalian akan belajar membuat sinopsis novel
remaja sesuai dengan kaidah penulisan sinopsis.
Kemampuanmu membuat sinopsis sangat berguna untuk berbagai
perlombaan atau untuk mengasah kemampuan menulismu.
A. Sinopsis novel
Sinopsis novel adalah ringkasan cerita novel.
Ringkasan novel adalah bentuk pemendekan dari sebuah novel dengan tetap
memperhatikan unsur-unsur intrinsik novel tersebut. membuat Sinopsis merupakan
suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan (novel) yang panjang dalam
bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan
penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan
umum pegarangnya. Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua
atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang karangan asli.
.
B. Untuk menyusun sinopsis kamu dapat melakukannya dengan
langkah-langkah sebagai berikut!
1. Bacalah novel!
2. Temukan hal-hal penting!
3. Siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel tersebut?
4. Apa saja peristiwa yang dialami tokoh?
5. Bagaimana rentetan peristiwa yang dialami tokoh?
6. Apa tema yang mendasari cerita novel?
7. Pesan apa yang ingin disampaikan pengarang?
Perhatikan Sinopsis berikut
Sinopsis Novel Ayat-ayat Cinta
Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 411 halaman yang ditulis oleh
seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama
Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang
sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami
kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun
setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel
Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda.
Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai
media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak
tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus
bangsa.Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang
berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang
sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi
asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir.
Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja
bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem). Mein
Neim Ist Aisha Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin
Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq
yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi
(belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul
Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir. kepadanya Fahri belajar
tentang qiraah Sab'ah (membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul
tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali
seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya
walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu
merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman
yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.
Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau
tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia
berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim.
Merteka bewrcerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada
Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan
Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara
dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah.
Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang
tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak.
Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada
Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di
lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya
dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa
didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas
pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi.
Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa
tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai
umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian
Fahri berusaha untuk meredakan perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca
shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh
kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka
bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu
tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu
kembali mrah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim
karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf
yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa
Al-Azhar dan hafal Al-Qur'an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu.
Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian
menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena
ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana
seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah
megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang
mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar
dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan
menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti
dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan
terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun
berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal
Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.
Maria, Gadis Koptik yang Aneh
Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang
juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah
tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang
mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan
empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga
Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka.
Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua
orang anak mereka – Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka
berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin
hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga
Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam
masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah
seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian,
Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu
seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan
baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah
dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja
bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri
dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu
membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi
Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri. Keluarga ini juga tidak
segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi
sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka
berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri
dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena
bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan
malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta
Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak
berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan
terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak
Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan
alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih
detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran
agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari.
Si Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang
Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai
tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan
keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan
julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja
bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan
istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna
berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut
pirang. Hali inilah ang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya
membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai
watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran
kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil
kesempatan ini untuk ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam
yang tragis dimana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan
luka cambukan.
Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak
ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga
dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan
Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya
Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur.
Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria
terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap
di rumah keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri
ke dalam penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan
kesempatan untuk hidup di dunia fana ini.
Latihan.
Berdasarkan sinopsis tersebut tentukan :
a. Pokok-pokok pikiran / ha-hl yang penting dari isi sinopsis
b. Kerangka sinopsis