Welcome to Indonesia_Various Cultures in Indonesia_Come and Prove!!!!!!

Translate

Materi Kelas 8 Bhs Indonesia KD 6.1



MATERI

KD 6.1 BERMAIN PERAN SESUAI DENGAN NASKAH YANG DITULIS SISWA

A. Pendahuluan
Setelah berlatih menulis naskah drama, pada kesempatan kali ini kamu akan berlatih bermain peran. Agar mampu bermain peran dengan baik, kamu harus rajin berlatih. Hal-halyang harus  kamu lakukan untuk mempersiapkan pertunjukan drama, antara lain sebagai berikut.
1. Tulislah naskah sederhana (satu babak)!
2. Bedahlah isi naskah dengan calon pemain!
3. Lakukan casting untuk memilih pemain!
4. Berlatihlah membaca, menghafal, dan berdialog sesuai dengan karakter tokoh!
5. Berlatih gerak di atas panggung!
6. Berlatihlah dari awal sampai akhir!
7. Berlatihlah dengan kostum pentas!
8. Berlatihlah dengan properti dan musik!
9. Lakukanlah orientasi (penguasaan) panggung!
10. Siap menggelar pertunjukan/pentas!

B. Teknik Pemeranan
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bermain drama.
1. Penggunaan bahasa, baik cara pelafalan maupun intonasi, harus relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan.
2. Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog.
3. Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat berimprovisasi di luar naskah.
4, Melafalkan dengan baik tiap kalimat yang diucapkan tokoh drama, dapat menggambarkan karakter tokoh serta konflik yang timbul di dalamnya. Oleh karena itu, seorang pemain drama harus meresapi isi cerita. Ia perlu memerhatikan petunjuk yang dituliskan pengarang (mengenai suasana dan gerak tokoh) serta kalimat-kalimat yang diucapkannya. Kalimat yang diucapkan harus sesuai dengan suasana yang dimaksud, begitu pun gerak yang dilakukannya.
Kalian pernah memerankan tokoh tertentu dalam suatu pementasan drama? Jika kalian akan bermain peran, perhatikanlah komponen-komponen dalam bermain peran.

Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam bermain peran berdasarkan naskah adalah sebagai berikut:
1. Penghayatan
Penghayatan adalah pemahaman terhadap isi naskah drama yang akan dipentaskan yang terlihat pada ekspresi dan pemahaman karakter tokoh. Dalam bermain peran, pemahaman harus dilakukan terhadap keseluruhan teks, tidak hanya terbatas tokoh yang diperankan saja. Pemahaman terhadap tokoh yang diperankan tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya pemahaman terhadap tokoh yang lain mengenai latar belakang sosial budaya yang ada dalam teks tersebut, dan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh yang diperankan.

2. Vokal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran mengenai vokal yaitu:
a. Kejelasan ucapan
Setiap kata atau kalimat yang ada dalam teks drama yang diekspresikan harus dapat didengar oleh pendengar atau penonton secara jelas. Jelas tidaknya suatu ucapan tergantung suara yang diucapkan. Untuk dapat menghasilkan suara yang jelas rajinlah mengadakan pelatihan olah vokal.
b. Jeda
Masalah jeda, kalian harus dapat mengatur secara tepat, artinya di manakah kalian boleh mengambil nafas dan berapa lama, karena jeda merupakan faktor yang penting supaya apa yang diucapkan sampai kepada pendengar/penonton
c. Ketahanan dan kelancaran
Dalam bermain peran diharapkan seorang tokoh/pemain memiliki ketahanan dan kelancaran suara. Seorang tokoh jangan sampai terjadi intensitas suara semakin berkurang, atau semakin lama semakin tidak lancar dalam berdialog.

3. Penampilan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penampilan kita adalah:
a. Teknik muncul
Teknik muncul yakni cara yang harus ditempuh dalam memperlihatkan diri untuk
pertama kalinya.
b. Gerakan
Gerakan artinya cara mengekspresikan tubuh yang disesuaikan dengan dialog yang diucapkan.
c. Cara berpakaian
Cara berpakaian sering disebut dengan kostum. Kostum harus disesuaikan benar dengan karakter tokoh sehingga kostum yang dipakai dapat lebih mencerminkan karakter tokoh.
d. Pandangan mata
Pandangan mata juga disesuaikan dengan karakter tokoh yang diperankan.
e. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan pengelolaan dari yang dapat menentukan keberhasilan dalam mengekspresikan drama, karena konsentrasi berfungsi sebagai pembalut saat berekspresi.

Pentaskan naskah drama di bawah ini dengan teman-teman kalian!
Berikut ini naskah drama “Badai Sepanjang Malam” karya Max Arifin.

BADAI SEPANJANG MALAM

Karya MAX ARIFIN
Para Pelaku:
1. Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun
2. Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun
3. Kepala Desa,suara pada flashback
Setting:
Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu minyak menyala.Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku besar.Kursi tamu dari rotan sudah agak tua.Dekat dinding ada balai balai.Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja.
Suara:
Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan. Suara Adzan subuh.
Musik:
Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suara sendu seruling
Note:
Kedua suami istri memperlihatkan pola kehidupan kota.dengan kata lain, mereka berdua memang berasal dari kota. Tampak pada cara dan bahan pakaian yang mereka kenakan pada malam hari itu. Mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik. Hanya idelisme yang menyala-nyala yang menyebabkan mereka berada di desa terpencil itu. 01.
Begitu layar tersingkap, nampak Jamil sedang asyik membaca. Kakinya ditelusurkan ke atas kursi di depannya. Sekali-sekali ia memijitmijit keningnya dan membaca lagi. Kemudian ia mengangkat mukanya, memandang jauh ke depan, merenung dan kembali lagi pada bacaannya. Di kejauhan terdengar salak anjing melengking sedih. Jangkerik juga menghiasi suasana malam itu. Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana. Jamil menyambar rokok di atas meja dan menyulutnya. Asap berkepul ke atas. Pada saat itu istrinya muncul dari balik pintu kamar.

02. Saenah:

Kau belum tidur juga? kukira sudah larut malam. Beristirahatlah, besok kan hari kerja?

03. Jamil:
Sebentar, Saenah. Seluruh tubuhku memang sudah lelah, tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari. Biasa, kan aku begini malam malam.

04. Saenah:
Baiklah, tapi apa boleh aku ketahui apa yang kaupikirkan malam ini?

05. Jamil:
Semuanya, semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku, Saenah. Perjalanan hidup seorang guru muda yang ditempatkan di suatu desa terpencil seperti Klulan ini kini merupakan lembaran-lembaran terbuka bagi semua orang.

06. Saenah:
Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku? Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia. Atau memang rahasia?

07. Jamil:
Sama sekali bukan rahasia, sayangku! Malammalam di tempat terpencil seakan memanggil aku untuk diajak merenungkan sesuatu.Dan jika aku tak bisa memenuhi ajakannya aku akan mengalami semacam frustasi. Memang pernah sekali, suatu malam yang mencekam, ketika aku sudah tidur dengan nyenyak, aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih. Pasrah saja. Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini? (Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya) Coba kaubaca catatanku tertanggal…(sambil masih membolak balik)..ini tanggal 2 oktober 1977.

08. Saenah:
(Membaca) “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan. Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan, sejak desa ini tertera dalam peta bumi. Dari jauh dia angker, tidak bersahabat: panas dan debu melecut tubuh.Ia kering kerontang, gersang. Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini? Menjadi penonton yang diombangkan-ambingkan oleh…barang tontonannya. Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”. (Pause dan Saenah mengeluh; memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi). ”Aku belum menemukan kejantanan di sini. Orang-orang seperti sulit berbicara tentang hubungan dirinya dengan alam.Sampai di mana kebisuan ini bisa diderita? Dan apakah akan diteruskan oleh generasi-generasi yang setiap pagi kuhadapai?
Apakah di sini tidak dapat dikatakan adanya kekejaman.” (Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil)

09. Jamil:
Kenapa kau berhenti? Jangan tatap aku seperti itu, Saenah.

10. Saenah:
Apakah tulisan ini tidak keterlaluan? Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya?

11. Jamil:
Kejujuran kupertaruhkan di dalamnya, Saenah. Aku bisa mengatakan, kita kadang-kadang dihinggapi oleh sikap-sikap munafik dalam suatu pergaulan hidup. Ada ikatan-ikatan yang mengharuskan kita berkata “Ya!” terhadap apa pun, sekalipun dalam hati kecil kita berkata”Tidak”. Kejujuranku mendorong aku berkata, ”Tidak”, karena aku melatih diri menjadi orang yang setia kepada nuraninya. Aku juga tahu, masa kini yang dicari adalah orang orang yang mau berkata ”Ya”. Yang berkata “Tidak” akan disisihkan. (Pause) Memang sulit, Saenah. Tapi itulah hidup yang sebenarnya terjadi. Kecuali kalau kita mau melihat hidup ini indah di luar, bobrok di dalam. Itulah masalahnya. (Pause. Suasana itu menjadi hening sekali. Di kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan)

12. Saenah:
Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja. Kau masih ingat tentunya, ketika kita pertama kali tiba di sini, ya setahun yang lalu. Tekadmu untuk berdiri di depan kelas, mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai. Idealismemu menyala-nyala. Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya. (Saenah lari masuk. Jamil terkejut. Tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!) Ini putarlah tape ini. Kaurekam peristiwa itu. (Saenah memutar tape itu, kemudian terdengarlah suara Kepala Desa) “…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri. Inilah tempat kami. Kami harap saudara betah menjadi guru di sini. Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin, kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara. Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu.
Dindingnya telah robek, daun pintunya telah copot, lemari-lemari sudah reyot, lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi. Semunya, semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama. Selain itu, kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini. Yang ini adalah Saudara Sahli, sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan. Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini. Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya.” (Saenah mematikan tape. Pause, agak lama. Jamil menunduk,sedang Saenah memandang pada Jamil. Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya. Mereka berpandangan)

13. Saenah:
Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar.
14. Jamil:
Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini?
15. Saenah:
Kini aku yang bertanya: jujurkah pada nuranimu sendiri? Penilaian terakhir ada pada hatimu dan mampukah kau membuat semacam pengadilan yang tidak memihak kepada nuranimu sendiri? Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu. Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini.

16. Jamil:
Apakah masih harus kukatakan bahwa aku telah berusaha berbuat jujur dalam semua tindakanku? Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang ”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku. Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku. Tidak, Saenah. Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota

17. Saenah:
Kau tidak memahami masyarakatmu.

18. Jamil:
Masyarakat itulah yang tidak memahami aku.

19. Saenah:
Siapa yang salah dalam hal ini.

20. Jamil:
Masyarakat.

21. Saenah:
Yang menang?

22. Jamil:
Aku

23. Saenah:
Lalu?

24. Jamil:
Aku mau pindah dari sini. (Pause. Lama sekali mereka berpandangan.)

25. Saenah:
(Dengan suara rendah) Aku kira itu bukan suatu penyelesaian.

26. Jamil:
(Keras) Sementara memang itulah penyelesaiannya.

27. Saenah:
(Keras) Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu. Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis. Idealis sejati, malah. Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu. (Pause) (Lemah diucapkan) Aku terkenang masa itu, ketika kau membujuk aku agar aku mu datang kemari (Flashback dengan mengubah warna cahaya pelan pelan. Memakai potentiometer. Bisa hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula. Musik sendu mengalun)

28. Jamil:
Aku mau hidup jauh dari kebisingan, Saenah. Aku tertarik dengan kehidupan sunyi di desa, dengan penduduknya yang polos dan sederhana. Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya. Manusia yang belum dipoles sikap sikap munafik dan pulasan belaka. Aku harap kau menyambut keinginanku ini dengan gembira, dan kita bersama-sama ke sana. Di sana tenagaku lebih diperlukan daripada di kota. Dan tentu banyak yang dapat aku lakukan.

29. Saenah:
Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian. ………………………………………..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Mengapa bermain peran memerlukan naskah?
2. Mengapa dialog tokoh cerita harus dihafal dan dimengerti maksudnya oleh pemeran tokoh?
3. Apa tujuan berlatih gerak dan langkah pemain sebelum pentas?
4. Mengapa sutradara perlu mendiskusikan isi naskah dengan calon pemain?
5. Apa yang dimaksud dengan latihan proses dalam bermain drama?

Peragakan dialog berikut dengan lafal, intonasi, dan karakter yang tepat!
Nenek : Maaf Brenda, Nenek rasa, Nenek harus mengambil anakmu sekarang juga. Bayi itu harus segera mendapatkan perawatan dan nutrisi yang baik.
Brenda : Tidak, Nek. Bayi itu tidak boleh dibawa pergi. Aku masih bisa merawatnya.
Nenek  : Tapi kau sakit, Brenda.
Brenda : Berada di dekat anakku, aku merasa sangat sehat, Nek.
Nenek : Brenda, dengarkanlah nasihat nenekmu kali ini. Lebih baik kau menerima tawaran ibumu untuk segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Jangan keras kepala, Nak!
Brenda : (menggeleng)
Nenek : Jangan keras kepala, Brenda!
Brenda : Nek, kata dokter, umurku hanya diperkirakan sekitar dua bulan lagi. Jika Tuhan benar-benar menghendakiku berpulang dua bulan lagi, dalam dua bulan ini aku ingin selalu dekat dengan bayiku. Aku tidak mau hanya terbaring tidak berdaya di rumah sakit tanpa melihat wajah mungilnya.

Tugas
1. Pilihlah salah satu naskah yang ditulis temanmu (naskah sendiri) bersama kelompokmu!
2. Diskusikan isi naskah tersebut!
3. Bagilah kelompokmu sesuai dengan jumlah tokoh cerita dalam naskah tersebut!
4. Baca dan pahami maksud dialog tokoh yang kamu perankan!
5. Tentukan gerak/langkah-langkah pemain dalam permainan!
6. Perankan di depan kelas!

Daftar Pustaka:
Hariningsih, Dwi dkk, 2009, Membuka jendela ilmu pengetahuan dengan bahasa dan sastra Indonesia 2: SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 50.
Sumber: buku Kumpulan Drama Remaja, editor A. Rumadi, PT Gramedia Jakarta,1988, hal. 5-