Teguh Khoirur Rozieq |
Sungguh pernyataan sekaligus pertanyaan yang mendasar. Menjaga nama baik, kalimat yang sederhana dari segi morfologi dan juga sintaksis. Ternyata terkandung sebuah makna yang menjadi dasar terciptanya hubungan yang berkesinambungan. Dari berbagai sumber khususnya LSM di Indonesia mencuatkan fakta bahwa lebih dari 50% wanita pranikah sudah tidak perawan. Hal tersebut bukan sekedar isu. Begitu juga dengan laki-laki yang sama keadaanya dengan wanita. Untuk menjunjung sebuah Negara haruslah dimulai dari hal terkecil, yaitu menjaga harga diri sendiri. Hal di atas sudah jelas bahwa sebagian pemuda Indonesia tidak mementingkan harga diri mereka, belum dapat menjaga harga diri mereka. Apakah mereka dapat menjaga nama baik keluarga sedangkan nama baiknya sendiri terabaikan? Apakah mereka dapat menjaga nama baik Negara sedangkan mereka tidak peduli lagi akan harga dirinya. Inilah kajian yang harus diselesaikan secara mendasar. Ibarat bom waktu yang akan meledak tinggal menunggu titik stagnas. Bukan amunisi atau TNT yang menjadi bahan peledaknya melainkan kebodohan mereka yang tidak menjunjung harga diri mereka masing-masing. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab dari permasalahan tersebut, tentunya mereka yang memiliki buah hati, siapa lagi kalau bukan orang tua mereka sendiri. Tapi yang menjadi pertanyaan lagi. Apakah orang tua mereka juga dapat menjaga nama baik dari keluarga? Sebelum membahas korupsi, teroris, atau kasus kejahatan yang lain, bahaslah masalah ini terlebih dahulu.
Negara akan maju ditentukan oleh pemudanya.
Negara mundur juga karena pemudanya.